Pertanyaan Burung Keempat
Dari Mantiqut-Thair by Faridu'd-Din Attar
Seekor burung lain berkata pada Hudhud, “Aku berwatak betina, dan hanya
dapat melompat-lompat dari dahan ke dahan. Kadang-kadang aku suka
main-main dan risau, kadang-kadang pula aku suka bertarak. Kadang-kadang
nafsuku menyeret diriku ke tempat-tempat minum, kadang-kadang pula
jiwaku menarik diriku buat berdoa.
Ada kalanya, meskipun berlawanan
dengan diriku sendiri, setan menyesatkan aku; dan ada kalanya pula
malaikat membimbingku kembali. Di antara keduanya ini aku berada di
lubang penjara; apa yang mungkin kulakukan selain meratap seperti
Yusuf.”
Hudhud menjawab, “Ini terjadi pada siapa saja, sesuai
dengan fitrahnya. Jika kita tanpa salah sejak semula, Tuhan tentu tak
perlu pula mengutus rasul-rasul dan nabi-nabiNya. Dengan kepatuhan kau
akan mendapatkan kebahagiaan.
O kau yang lena berbaring-baring
di bilik kemalasan yang panas berkeringat, namun penuh dengan
keinginan-keinginan tak berarti, sementara kau terus juga memberi makan
anjing nafsumu, fitrahmu lebih buruk daipada fitrah si banci yang tak
berdaya.”
Cerita Kecil tentang Syabli
Sekali Syabli
menghilang dari Baghdad, tak seorang tahu ke mana. Akhirnya ia
diketemukan di sebuah rumah tempat para kasim,1 sedang duduk dengan mata
basah dan bibir kering di antara makhluk-makhluk aneh ini.
Kawan-kawannya berkata, “Ini bukan tempat bagimu yang menuntut ilmu
ketuhanan.”
Ia menjawab, “Orang-orang ini, menurut agama,
bukan laki-laki dan bukan pula perempuan. Aku seperti mereka pula. Aku
tenggelam dalam keadaan tak bisa berbuat apa-apa, dan kejantananku
merupakan sesalan bagiku. Bila kalian menggunakan pujian atau celaan
untuk membeda-bedakan, itu berarti, kalian membuat berhala-berhala
pujaan. Bila kalian menyembunyikan berhala-berhala di balik khirka
kalian, mengapa mesti pula menampakkan diri di muka orang banyak sebagai
sufi?”
1 Orang yang dikebiri, penjaga sanastri (harem). – H.A.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar