Dalih Burung Ketujuh
Dari Mantiqhut-thair by Faridu'd-Din Attar
Seekor burung lain berkata pada Hudhud, “Aku cinta emas; bagiku ia
seperti buah dalam kulitnya yang keras itu. Bila aku tak punya emas,
terikat rasanya tangan dan kakiku. Cinta akan keduniawian dan cinta akan
emas telah mengisi diriku dengan keinginan-keinginan tak berarti, yang
membutakan diriku akan perkara-perkara keruhanian.”
Hudhud
menjawab, “O kau yang silau karena bentuk-bentuk lahiriah, yang dalam
hatimu tak pernah memancar nilai kebenaran! Kau seperti makhluk yang
hanya dapat melihat dalam gelap, kau seperti semut, yang tertarik oleh
rupa. Berusahalah memahami makna segala sesuatu.
Tanpa warna,
emas hanyalah, logam biasa; namun kau terpikat oleh warna, serupa anak
kecil. Cinta akan emas tak layak bagi manusia sejati; kenapa orang
menyembunyikan emas dalam faraj keledai? Adakah benda-benda berharga
disembunyikan orang di tempat demikian? Jika kau tak membiarkan sesamamu
mendapat manfaat karena emasmu, kau pun tak akan beroleh manfaat pula.
Tetapi bila kau berikan sekeping kepada si malang yang miskin, kalian
berdua akan mendapat manfaat.
Jika kau punya emas, banyaklah
yang dapat kauberi manfaat dengan itu; tetapi jika pundakmu bercap,3 itu
pun karena emas juga. Untuk sebuah toko, kau harus membayar sewa dan
kadang-kadang harganya itu jiwamu sendiri. Demi usahamu, kau korbankan
apa saja, juga mereka yang menjadi pautan hatimu, dan pada akhirnya kau
tak memiliki apa-apa.
Kita hanya berharap agar kemujuran akan
menyediakan sebuah tangga di bawah tiang gantungan. Itu tak berarti
bahwa kau tak usah menggunakan benda-benda duniawi sama sekali, tetapi
hendaknya kaupergunakan apa yang kaumiliki itu secara luas. Nasib baik
hanya akan datang padamu apabila kau memberi. Jika kau tak dapat
meninggalkan hidup sama sekali, setidak-tidakaya kau dapat membebaskan
dirimu dari cin ta akan kekayaan dan kehormatan.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar