Burung Hantu
Manthiqu-Thair, Faridu'd-Din Attar
Burung Hantu tampil ke muka dengan wajah kebingungan, dan katanya,
“Telah kupilih sebagai tempat tinggalku sebuah rumah bobrok yang sudah
runtuh. Aku dilahirkan di antara reruntuhan itu dan
di sana kudapatkan kesenangan — tetapi tidak dalam minum anggur.
Aku pun tahu beratus-ratus tempat yang ramai dihuni, tetapi sebagian
ada dalam kekacauan dan yang lain dalam permusuhan. Siapa ingin hidup
dengan tenteram mesti pergi ke tempat reruntuhan, seperti orang-orang
gila. Bila aku merengut di antara mereka, ini disebabkan harta
terpendam.
Cinta harta menarikku ke sana, karena harta itu
terdapat di antara puing-puing runtuhan. Aku pun dapat menyembunyikan
usahaku yang penuh damba dalam mencari itu, dan berharap akan
mendapatkan harta yang tak dilindungi jejimat itu; jika nanti kakiku
dapat menemukannya, maka akan tercapailah keinginan hatiku. Aku memang
percaya bahwa cinta terhadap Simurgh itu bukan dongengan, karena cinta
demikian tak dihayati oleh mereka yang tak peduli; tetapi aku ini lemah,
dan jauh dari merasa pasti akan cintanya, karena aku hanya mencintai
harta dan reruntuhan ini.”
Hudhud berkata padanya, “O kau yang
mabuk karena cinta akan harta, taruhlah kau dapat menemukan harta itu!
Maka tentulah kau akan mati pula di atas harta itu, sedang hidup telah
menyelinap pergi sebelum kau mencapai tujuan mulia yang setidak-tidaknya
telah kausadari pula.
Cinta akan emas ialah ciri mereka yang
tak beriman. Ia yang membuat berhala emas ialah kembaran Thare.1
Bukankah kau barangkali ingin menjadi pengikut As-Samiri2 dari bangsa
Israil yang membuat anak lembu dari emas? Tidakkah kau tahu bahwa
barangsiapa telah dirusakkan akhlaknya oleh cinta akan emas, maka
seperti mata uang palsu ia akan bertukar wajah dengan yang serupa tikus,
pada hari kiamat nanti?”
Catatan kaki:
1 Juga
disebut Abrahah. Ayah Nabi Ibrahim. Penyembah berhala dan pemuja api.
(Dalam Al-Quran, Surah VI: 75 disebut Azar. – H.A.)
2 Yang
menyesatkan pengikut-pengikut Nabi Musa dengan membuat anak lembu dari
emas (perhiasan mereka) sebagai pujaan, ketika Nabi Musa tak ada bersama
mereka. (Lihat Al-Quran, antara lain Surah XX: 85 – 88.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar