Hudhud Menuturkan Tujuan Perjalanan.
by Faridu'd-Din Attar dalam Manthiqut-Thair
Setelah Hudhud selesai berbicara, burung-burung pun mulai mengetahui
tentang rahasia-rahasia purba dan pertalian mereka sendiri dengan
Simurgh. Tetapi meskipun mereka dicekam keinginan hendak menempuh
perjalanan itu, namun mereka mengelak-elak untuk berangkat disebabkan
keraguan masih selalu mengganggu pikirannya.
Maka mereka pun
berkata pada Hudhud, “Adakah kau mengharapkan kami agar meninggalkan
hidup kami yang tenang ini dengan segera? Kami burung-burung yang lemah
ini sendiri tak mungkin berharap akan mendapatkan jalan ke tempat luhur
itu, di mana Simurgh hidup.”
Hudhud menjawab, “Aku bicara pada
kalian sebagai penunjuk jalan. Ia yang mencinta tak peduli akan hidupnya
sendiri; untuk mencintai dengan tulus, siapa pun harus melupakan
dirinya sendiri, baik ia zahid1 atau orang yang hidup bebas. Apabila
nafsu-nafsu kalian tak selaras dengan jiwa kalian, korbankanlah itu, dan
kalian pun akan sampai ke tujuan perjalanan kalian. Apabila sosok nafsu
merintangi jalan, campakkanlah itu; kemudian arahkan mata kalian ke
muka dan pusatkan pikiran. Yang bodoh akan bertanya, ‘Apakah hubungan
antara keimanan atau kekufuran dengan cinta?’ Tetapi kataku, ‘Adakah
mereka yang mencinta peduli akan hidupnya? Yang mencinta membakar segala
harapan panen, ia menetakkan mata pedang ke lehernya sendiri, ia
menusuk tubuhnya sendiri. Dengan cinta timbul duka dan darah hati.
Cinta-mencintai yang serba sulit.’
O Pembawa piala! Isi pialaku
dengan darah hatiku, dan bila tak ada lagi, beri aku endapannya. Cinta
ialah kepedihan yang tak kenal ampun, yang menelan segalanya. Kadang ia
merenggutkan cadar dari jiwa, kadang merapatkannya. Sezarrah cinta lebih
baik dari sekalian yang ada antara segala ufuk, sezarrah kepedihannya
lebih baik dari cinta bahagia yang ada pada segala mereka yang mencinta.
Cinta memang sumsum segala yang hidup; tetapi tiada cinta yang nyata
tanpa penderitaan yang nyata. Siapa berpegang teguh pada cinta tak
mementingkan keimanan, agama maupun kekufuran. Cinta akan membukakan
pintu kemiskinan ruhani dan kemiskinan ruhani akan menunjukkan pada
kalian jalan kekufuran. Bila tiada yang tinggal lagi, baik kekufuran,
maupun agama, maka jiwa raga kalian akan lenyap; maka barulah kalian
layak menemukan kerahasiaan itu –bila kalian mau menjajakinya; inilah
jalan satu-satunya.
Maka majulah, tanpa takut. Tinggalkan
segala yang kekanak-kanakan, dan lebih dari segala itu, tabahkan hati;
sebab seratus perubahan ihwal akan kalian alami tanpa bisa diduga-duga.
Catatan kaki:
1 Orang yang menuntut kehidupan suci, menjauhi kesenangan duniawi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar