Burung Gereja
Dari Manthiqut-Thair by Faridu'd-Din Attar
Lalu datang Burung Gereja, berbadan lemah dan berhati lembut, gemetar,
seperti nyala api, dari kepala hingga kaki. Katanya, “Aku termenung
bingung dan patah semangat.
Aku tak tahu bagaimana mesti hidup, dan
aku rapuh bagai rambut. Tak ada yang akan menolong diriku dan aku tak
bertenaga sekuat semut pun. Aku tak mempunyai bulu halus maupun bulu
yang kasar -sedikit pun tidak.
Bagaimana mungkin makhluk lemah
seperti aku ini berusaha mendapatkan Simurgh? Burung Gereja tak akan
sanggup berbuat demikian. Tak kurang mereka di dunia ini yang mencari
persatuan itu, tetapi bagi makhluk macam aku ini, itu tak selayaknya.
Aku tak ingin memulai perjalanan sesusah itu untuk mencari sesuatu yang
tak mungkin kucapai.
Jika aku mesti berangkat menuju ke istana
Simurgh, aku akan binasa di jalan. Maka karena aku sama sekali tak layak
untuk berusaha ke arah itu, aku pun akan merasa puas di sini mencari
Yusufku di sumur ini. Jika aku dapat menemukannya dan menariknya ke
atas, aku akan terbang membubung bersamanya dari ikan ke bulan.”
Hudhud menjawab, “O kau, yang dalam kehilangan harapan kadang bersedih
dan kadang gembira, aku tak akan terkecoh oleh alasan yang dibuat-buat
ini. Kau sedikit munafik. Juga dalam kerendahan hatimu kau
memperlihatkan seratus tanda keriyaan dan kesombongan. Tak usah bicara
lagi, jahit bibirmu dan langkahkan kaki. Jika kau terbakar, kau akan
terbakar bersama yang lain-lain. Dan jangan bandingkan dirimu dengan
Yusuf!”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar