Mantiqut-Thair by Faridu'd-Din Attar
Cerita tentang Rabi’ah
Rabi’ah, meskipun seorang wanita, namun merupakan mahkota laki-laki.
Sekali ia mempergunakan waktunya delapan tahun untuk pergi haji ke
Ka,bah dengan mengingsutkan panjang badannya di tanah. Ketika akhirnya
ia sampai ke pintu rumah suci itu, ia berpikir, “Kini akhirnya telah
kutunaikan kewajibanku.” Pada hari suci ketika ia hendak menghadapkan
diri ke Ka’bah, perempuan-perempuan pengiringnya meninggalkannya. Maka
Rabi’ah pun menyelusuri jejaknya semula dan berkata, “O Tuhan yang
memiliki seri keagungan, delapan tahun lamanya hamba telah mengukur
jalan dengan panjang badan hamba, dan kini, ketika hari yang dirindukan
itu telah tiba sebagai jawaban atas doa-doa hamba, Tuan letakkan
duri-duri di jalan hamba!”
Untuk memahami arti peristiwa
demikian2 perlu pula mengetahui seorang pencinta Tuhan seperti Rabi’ah
itu. Selama kau terapung-apung di lautan dunia yang dalam,
ombak-ombaknya akan menerima dan menolakmu berganti-ganti. Kadang-kadang
kau akan diperkenankan sampai ke Ka’bah, kadang-kadang pula kau akan
menarik nafas panjang (karena kecewa) berada di sebuah kuil. Jika kau
berhasil menarik diri dari keterikatan dengan dunia ini, kau akan
menikmati kebahagiaan; tetapi jika kau tinggal terikat, kepalamu akan
berpusing-pusing bagai batu giling pada perkakas penggiling. Tidak
sejenak pun kau akan tenang; kau akan terganggu oleh seekor nyamuk saja
pun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar