Minggu, 14 Oktober 2012

MADAH DOA (MANTIQUT-THAIR)

Musawarah Burung (Mantiqu't-Thair) - 1- Fariduddin Attar

I. MADAH DOA



PUJI bagi Khalik Yang Kudus, yang telah menempatkan arasy-Nya di atas perairan, dan yang telah menjadikan segala makhluk di bumi. Kepada langit telah Ia berikan kekuasaan dan kepada bumi kepatuhan; kepada langit telah Ia berikan gerak dan kepada bumi ketenangan yang tetap.
Ia tinggikan angkasa di atas bumi bagai tenda tanpa tiang-tiang penyangga. Dalam enam masa Ia ciptakan ketujuh kaukab dan dengan dua huruf1 Ia ciptakan kesembilan kubah langit.
Pada mulanya Ia sepuh bintang-bintang dengan emas, hingga di rnalam hari langit dapat bermain triktrak.
Dengan berbagai sifat Ia anugerahi jaringan tubuh, dan telah ditaruh-Nya debu pada ekor burung jiwa.2
lautan Ia jadikan cair sebagai tanda pengabdian, dan puncak-puncak gunung pun bertudung salju karena takut kepada-Nya.
Ia keringkan dasar laut, dan dan batu-batunya Ia hasilkan manikam-manikam mirah, dan dari darah-Nya, wangi kesturi.

Kepada gunung-gunung telah Ia berikan puncak-puncak sebagai golok dan lembah-lembah sebagai ikat pinggang; maka gunung-gunung itu pun menegakkan kepala dengan bangga.

Kadang Ia jadikan kelompok-kelompok mawar timbul dari wajah api.

Kadang Ia bentangkan titian melintang wajah perairan.

Dibuat-Nya seekor nyamuk menggigit Nimrod, musuh-Nya, yang menderita empat ratus tahun karenanya.

Dalam kearifan-Nya Ia menyuruh laba-laba membuat sarang untuk melindungi yang tertinggi di antara manusia.

Ditekan-Nya pinggang semut hingga semut itu serupa sehelai rambut dan dijadikan-Nya semut itu kawan bagi Sulaiman.

Diberi-Nya semut itu jubah hitam orang Habsyi dan baju sutera tak bertenun yang layak bagi burung merak.

Ketika dilihat-Nya permadani alam cacat, disulami-Nya hingga serasi.

Ia lumuri pedang dengan warna bunga tulip; dan dari uap Ia buat persemaian bagi bunga-bunga seroja.

Ia basahi gumpalan-gumpalan tanah dengan darah agar Ia dapat mengambil daripadanya batu-batu berharga dan manikam-manikam mirah.

Matahari dan bulan --yang satu di siang hari, yang lain di malam hari, tunduk hormat pada debu; dari puja-hormat itu berasal gerak mereka. Tuhanlah yang telah membentangkan siang dengan warna putih, Ia juga yang telah melipatnya jadi malam dan menghitamkannya.

Kepada burung merak Ia berikan lengkung leher baju dari emas; dan burung Hudhud Ia jadikan pembawa berita tentang Jalan itu.

Angkasa bagai burung yang mengepak-kepakkan sayap sepanjang jalan yang telah ditentukan Tuhan baginya, sambil memukul-mukul Pintu dengan kepalanya seperti dengan martil.

Tuhan telah membuat angkasa berputar -- malam berganti siang dan siang berganti malam.

Bila Ia meniupkan nafas-Nya pada tanah liat, terciptalah manusia; dan dari sedikit uap dibentukNya dunia.

Kadang disuruh-Nya anjing berjalan di muka pengembara; kadang digunakanNya kucing menunjukkan Jalan itu.

Kadang Ia berikan kesaktian Sulaiman pada sebatang tongkat; kadang Ia berikan kepandaian berbicara pada semut.

Dari sebatang tongkat Ia jadikan seekor ular; dan dengan sebatang tongkat ia timbulkan limpahan air.

Ia telah menempatkan di angkasa bola kebanggaan, dan mengikatnya dengan besi bila bola itu susut dengan warna merah menyala.

Ia timbulkan seekor unta dari batu karang, dan Ia buat anak lembu emas itu menguak.

Di musim dingin ia tebarkan salju perak; di musim gugur, emas daunan kuning.

Ia letakkan selubung pada duri dan Ia warnai itu dengan warna darah.

Kepada melati Ia berikan empat helai kelopak dan di kepala bunga tulip Ia kenakan topi merah.

Ia kenakan mahkota emas di kening bunga narsis dan Ia jatahkan mutiara-mutiara embun ke dalam peti-sucinya.

Menanggap Tuhan, jiwa tertanya-tanya, akal pun tak sampai; karena Tuhan, maka langit berpusing, bumi pun bergoyang.

Dari punggung ikan hingga ke bulan setiap zarrah ialah saksi akan ada-Nya.

Dasar bumi dan puncak langit menyatakan sembah-hormat mereka masing-masing pada-Nya.

Tuhan membuat angin, tanah, api dan darah, dan dengan semua ini Ia menyatakan rahasiaNya.

Ia mengambil tanah-liat dan meremasnya dengan air, dan setelah empat puluh pagi Ia menaruh di dalamnya ruh yang menghidupkan tubuh.

Tuhan memberinya kecerdasan agar dapat membedakan benda-benda.

Ketika dilihat-Nya kecerdasan itu dapat membeda-bedakan, Ia berikan padanya pengetahuan agar dapat menimbang dan memikir-mikir.

Tetapi ketika manusia berhasil memiliki berbagai kecakapan, ia mengakui kelemahannya dan diliputi keheranan, sementara badan jasmaninya menyerah pada perbuatan-perbuatan lahiriah.

Kawan atau lawan, semua menundukkan kepala di bawah kayu kuk yang dipasang Tuhan pada kearifannya: dan heran, Tuhan pun mengawasi kita semua.

Pada permulaan zaman Tuhan menggunakan gunung-gunung selaku paku pengukuh bumi dan membasuh wajah bumi dengan air lautan. Kemudian Ia tempatkan bumi di atas punggung lembu jantan, dan lembu jantan itu di atas ikan, dan ikan itu di atas udara. Tetapi di atas mana terletak udara? Di atas yang tiada. Tetapi yang tiada itu tiada --dan segalanya itu pun tiada. Kalau demikian, kagumilah buah karya Tuhan, meskipun Ia sendiri memandang segalanya itu sebagai tiada. Dan mengingat bahwa hanya Hakikat-Nya sendirilah yang ada, maka pastilah tiada suatu pun selain Dia. Arasy-Nya di atas perairan dan dunia ini di udara. Tetapi tinggalkanlah perairan dan udara itu, karena segalanya Tuhan: arasy dan dunia itu hanya azimat. Tuhan adalah segalanya, dan benda-benda hanya punya nilai dalam sebutan saja; dunia yang terlihat dan tak terlihat hanya Dia Sendiri jua.

Tiada siapa pun kecuali Dia. Tetapi juga, tak seorang pun dapat melihat Dia. Mata ini buta, meskipun dunia diterangi dengan matahari cemerlang. Andaikan kau dapat melihat Dia sekejap saja pun, kau akan kehilangan akal, dan bila kau dapat melihat Dia sepenuhnya, kau akan kehilangan dirimu sendiri.

Semua orang yang sadar akan ketidaktahuan mereka bercancut tali wanda dan berkata dengan sungguh-sungguh, "O Kau yang tak tampak meskipun Kau membuat kami kenal pada-Mu, setiap orang ialah Kau dan tiada yang lain kecuali Kau yang dinyatakan. Jiwa tersembunyi dalam raga dan Kau tersembunyi dalam jiwa. O Kau yang tersembunyi dalam apa yang tersembunyi, Kau lebih dari segalanya. Semua mengetahui diri mereka ada dalam diri-Mu dan mereka pun mengetahui diri-Mu dalam segalanya. Karena rumah-Mu dikelilingi para pengawal dan penjaga, bagaimana dapat kami mendekat ke hadiratMu? Tiada hati maupun akal budi dapat sampai pada hakikat diri-Mu, dan tak seorang pun mengenal sifat-sifat-Mu. Karena Kau kekal dan sempurna, maka Kau senantiasa mempermalukan si bijak. Apa lagi yang dapat kami katakan, karena Kau tak terlukiskan!"

O, hatiku, bila kau ingin sampai pada ambang pengertian, berjalanlah hati-hati. Bagi setiap zarrah ada pintu tersendiri, dan bagi setiap zarrah ada jalan tersendiri yang menuju ke Wujud penuh rahasia yang kusebutkan itu. Untuk mengenal diri sendiri orang harus menghayati seratus kehidupan. Tetapi kau harus mengenal Tuhan dari Dia sendiri dan bukan dari dirimu; Dialah yang membukakan jalan menuju padaNya, bukan pengetahuan manusia. Pengetahuan tentang Dia tak tersedia di pintu orang-orang yang pandai menyusun kata. Pengetahuan dan kebodohan di sini sama, karena keduanya tak dapat menjelaskan maupun melukiskan. Pendapat orang-orang tentang ini hanya timbul dalam angan-angan mereka; dan aneh tentunya untuk mencoba mengambil kesimpulan dari apa yang mereka katakan: baik atau buruk, apa yang mereka katakan itu hanya berasal dari diri mereka sendiri. Sedang Tuhan di atas segala pengetahuan dan di luar segala bukti, dan tak satu pun yang dapat menggambarkan Keagungan Suci diri-Nya.

O, kau yang menghargai kebenaran, janganlah mencari kias; adanya Wujud yang tak terbandingkan ini tak memungkinkan kias. Karena tiada para nabi maupun para utusan dari langit memahami sezarrah terkecil pun; mereka semua bersujud sambil berkata, "Kami tak mengenal Tuan sebagaimana keadaan Tuan yang sebenarnya."

Kalau demikian, apalah artinya aku ini, yang beranggapan bahwa aku mengenal Dia?

O, keturunan bodoh manusia pertama, khalifah Tuhan di bumi,11 berusahalah untuk ikut memiliki pengetahuan ruhani bapamu.12 Segala mahluk yang diciptakan Tuhan dari yang tiada. bersujud di hadapan-Nya. Ketika Tuhan ingin menciptakan Adam, dikeluarkan-Nya Adam dari balik seratus cadar, lalu kata-Nya kepada Adam, "O Adam, sekalian makhluk bersembah-sujud padaKu; kini tiba saatnya bagimu menerima sembah-sujud mereka." Yang satu itu, yang tak mau melakukan sembah-sujud ini pun diubah dari malaikat menjadi setan.13 Ia dikutuk dan tak memiliki pengetahuan rahasia itu. Wajahnya jadi hitam, lalu sembahnya pada Tuhan, "O, Tuhan yang memiliki kebebasan mutlak, jangan tinggalkan hamba."14

Yang Maha Tinggi menjawab, "Kau yang terkutuk, ketahuilah bahwa Adam hamba-Ku dan juga raja alam ini. Hari ini pergilah ke hadapannya, dan esok bakarlah Ispand15 untuknya."

Ketika jiwa disatukan dengan raga, maka ia pun merupakan bagian dari keseluruhan itu: belum pernah ada pesona yang mengagumkan seperti itu. Jiwa punya peranan dalam apa yang tinggi, dan raga punya peranan dalam apa yang rendah; terbentuklah paduan antara tanah liat yang pekat dan ruh yang murni. Karena paduan ini, maka insan pun menjadi yang paling mengagumkan dari segala rahasia. Kita tak tahu dan tak mengerti sedikit pun tentang ruh kita. Jika kau ingin mengatakan sesuatu tentang ini, lebih baik kau diam. Banyak yang tahu akan permukaan lautan ini, tetapi mereka tak mengerti sedikit pun akan dasarnya yang terdalam dan dunia lahiriah ini ialah pesona yang melindunginya. Tetapi pesona yang berupa rintangan-rintangan jasmani ini akhirnya akan rusak. Dan akan kau temukan harta itu bila pesona itu lenyap; jiwa pun akan menyingkapkan dirinya sendiri bila raga tersingkir. Tetapi jiwamu ialah suatu pesona yang lain; dalam hal yang berhubungan dengan rahasia ini, jiwa itu suatu kenyataan yang lain. Maka tempuhlah jalan yang akan kutunjukkan, tetapi janganlah minta penjelasan.

Di lautan maha raya ini, dunia ialah sebuah zarrah, dan zarrah itu sebuah dunia. Siapa tahu, mana yang lebih berharga di sini, batu permata atau kerikil?

Kita telah mempertaruhkan hidup kita, akal budi kita, jiwa kita, agama kita, untuk memahami kesempurnaan sebuah zarrah. Jahitlah bibirmu dan jangan bertanya apa-apa tentang langit tertinggi atau arasy Tuhan. Tak seorang pun yang sungguh-sungguh tahu akan hakikat zarrah itu - tanyakan pada siapa saja sesukamu. Langit bagai kubah terbalik, tanpa ketetapan yang pasti, bergerak dan sekaligus juga tak bergerak. Orang tenggelam dalam renungan tentang rahasia yang demikian, yang bagai cadar berlapis cadar; orang pun serupa gambar yang terlukis di dinding; ia hanya bisa merasa kecewa melihat hasratnya yang tak sampai.

Pikirkan mereka yang menempuh jalan ruhani. Lihat apa yang terjadi pada Adam; ingat berapa tahun yang ia lewatkan dalam berduka. Renungkan air bah di masa Nuh dan sekalian kepala suku itu, yang menderita dalam cengkeraman orang-orang yang jahat. Pikirkan Ibrahim yang penuh cinta pada Tuhan: ia menderita penganiayaan dan dilemparkan ke dalam api. Ingat Ismail malang, yang dikorbankan demi cinta ilahiat. Tengok Ya,kub yang menjadi buta lantaran meratapi putranya. Lihat Yusuf, yang mengagumkan baik ketika berkuasa maupun ketika menghamba, ketika dalam sumur dan dalam penjara. Kenangkan Ayub yang papa, yang menggeliat di tanah menjadi mangsa cacing dan serigala. Ingat Yunus, setelah tersesat dari Jalan itu, meninggalkan bulan ke perut ikan. Lihat Sulaiman, yang kerajaannya dikuasai jin. Ingat Zakaria, begitu menyala-nyala cintanya pada Tuhan sehingga ia tetap diam ketika orang-orang membunuhnya; dan Yahya, yang dihinakan di muka orang banyak, dan kepalanya diletakkan di atas lempengan kayu. Tegak berdirilah di kaki tiang Salib mengagumi Isa ketika ia menyelamatkan dirinya dari tangan-tangan orang Yahudi. Dan akhirnya, renungkanlah segala yang diderita oleh Pemimpin sekalian nabi itu, berupa penghinaan dan penganiayaan dari orang-orang yang jahat.

Setelah itu, adakah kau mengira mudah saja untuk sampai ke pengetahuan keruhanian? Itu tak kuranglah artinya dari keberanian menghadapi segalanya. Apa yang akan kukatakan selanjutnya, karena tak ada lagi yang mesti kukatakan, dan tak ada pula setangkai mawar pun yang tinggal dalam semak! O, Kearifan! Kau tak lebih dari anak susuan; dan akal budi orang-orang tua dan berpengalaman pun sesat dalam pencarian ini. Betapa aku, si dungu, akan dapat sampai ke Hakikat ini; dan kalaupun dapat, bagaimana aku akan bisa masuk lewat pintu itu? O Khalik Yang Kudus!

Hidupkan semangatku! Orang-orang yang percaya dan tak percaya sama-sama bermandi darah, dan kepalaku berpusing bagai langit. Aku bukan tanpa harapan, tetapi aku tak sabar.

Kawan-kawanku! Kita sama-sama bertetangga: aku ingin mengulang-ulang pembicaraanku padamu siang dan malam, agar kalian tidak sejenak pun menghentikan keinginan mulai mencari Kebenaran.

Sumber : http://sufiroad.blogspot.com/2010/12/sufi-road-musawarah-burung-mantiqut.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar