"Wahai saudara-saudaraku, lautan ada di belakang kalian, musuh ada di depan kalian, ke manakah kalian akan lari?, Demi Allah, yang kalian miliki hanyalah kejujuran dan kesabaran. Ketahuilah bahwa di pulau ini kalian lebih terlantar dari pada anak yatim yang ada di lingkungan orang-orang hina. Musuh kalian telah menyambut dengan pasukan dan senjata mereka. Kekuatan mereka sangat besar, sementara kalian tanpa perlindungan selain pedang-pedang kalian, tanpa kekuatan selain dari barang-barang yang kalian rampas dari tangan musuh kalian. Seandainya pada hari-hari ini kalian masih tetap sengsara seperti ini, tanpa adanya perubahan yang berarti, niscaya nama baik kalian akan hilang, rasa gentar yang ada pada hati musuh akan berganti menjadi berani kepada kalian. Oleh karena itu, pertahankanlah jiwa kalian "
Pidato di atas yang masih ada lanjutan yang panjang ini begitu menggetarkan, terlebih lagi ia diucapkan setelah adanya seruan untuk berjihad dan mati syahid. Pidato terkenal ini dilontarkan oleh seorang panglima perang Islam ketika hendak menaklukkan negeri Andalusia (Spanyol). Ialah Thariq bin Ziyad.
Nama pejuang Islam ini begitu harum, hingga harus diabadikan untuk sebuah semenanjung perbukitan karang setinggi 425 m di pantai tenggara Spanyol, Gibraltar atau Jabal Tariq.
Mengenai asal-usul dan sejarah hidupnya, sangat sedikit buku sejarah yang menceritakannya. Thariq bin ziyad berasal dari bangsa Barbar, mengenai sukunya, para sejarawan masih berbeda pendapat; dari suku Nafza atau suku Zanata. Ia bekas seorang budak yang kemudian dimerdekakan oleh Musa bin Nushair, Gubernur Afrika Utara dan di tangan Musa ini pula ia memeluk agama Islam bersama orang-orang Barbar lainnya yang tunduk di bawah kekuasaannya setelah menaklukkan daerah Tanja. Di kisahkan bahwa setelah masuk Islam, mereka menjalankan agama Islam dengan baik. Oleh karena itu, sebelum Musa pulang ke Afrika, ia meninggalkan beberapa orang Arab untuk mengajari mereka Al-Qur’an dan ajaran-ajaran Islam. Setelah itu Musa mengangkat Thariq, yang merupakan prajurit Musa yang terkuat, menjadi penguasa daerah Tanja, ujung Maroko dengan 19.000 tentara dari bangsa Barbar, lengkap dengan persenjataannya.
Pada bulan Rajab tahun 97 H (Juli 711 M), Thariq bin Ziyad mendapat perintah dari Musa bin Nushair untuk menyerang semenajung Andalusia. Dengan 7000 prajurit yang sebagian besar dari bangsa Barbar, Thariq menyeberangi selat Andalusia yang jaraknya hanya 13 mil dengan perahu-perahu pemberian Julian, gubernur Ceuta di Afrika Utara, yang bersekutu dengan kaum muslimin untuk menentang raja Roderick, penguasa kerajaan Visigoth di Andalusia. Setelah mendarat di pantai karang yang kemudian dinamai Gibraltar, Thariq beserta pasukannya berhadapan dengan 25.000 prajurit Visigoth. Pada mulanya kedatangan pasukan Thariq ini membuat heran Tudmir, penguasa setempat yang berada di bawah kekuasaan Raja Roderick, karena mereka datang dari arah yang tidak diduga-duga, yaitu dari arah laut. Walaupun jumlah pasukan kaum muslimin jauh lebih sedikit dibandingkan pasukan musuh, namun jumlah yang banyak tersebut tidak membuat gentar pasukan kaum muslimin, terlebih setelah mereka mendengarkan pidato panjang yang membuat jiwa mereka menggelora yang disampaikan oleh panglima mereka, Thariq bin Ziyad. Akhirnya pertempuran ini dimenangkan oleh Thariq dan Raja Roderick sendiri tewas dalam pertempuran tersebut.
Kemudian Thariq meminta tambahan pasukan kepada Musa. Lalu dikirimlah 5000 prajurit yang sebagian besar berasal dari bangsa Barbar. Satu demi satu kota-kota di Andalusia berhasil diduduki tentara Thariq; Toledo, Elvira, Granada, Cordoba dan Malaga. Antara musim semi sampai musim panas tahun 711 H, Thariq telah berhasil menguasai separuh wilayah Andalusia. Dalam kitab Tarikh al-Andalus, disebutkan bahwa sebelum meraih keberhasilan ini, Thariq telah mendapatkan firasat bahwa ia pernah bermimpi melihat Rasulullah saw bersama keempat khulafa’ al-rasyidin berjalan di atas air hingga menjumpainya, lalu Rasulullah saw. memberi tahukan kabar gembira bahwa ia akan berhasil menaklukkan Andalusia. Kemudian Rasulullah saw. menyuruhnya untuk selalu bersama kaum muslimin dan menepati janji.
Setelah meraih kemenangan ini, Thariq menulis surat ke Musa, mempersembahkan kemenangan kaum muslimin ini. Dalam suratnya itu ia menulis: Saya telah menjalankan perintah anda. Allah telah memudahkan kami memasuki negeri Andalusia.
Pidato di atas yang masih ada lanjutan yang panjang ini begitu menggetarkan, terlebih lagi ia diucapkan setelah adanya seruan untuk berjihad dan mati syahid. Pidato terkenal ini dilontarkan oleh seorang panglima perang Islam ketika hendak menaklukkan negeri Andalusia (Spanyol). Ialah Thariq bin Ziyad.
Nama pejuang Islam ini begitu harum, hingga harus diabadikan untuk sebuah semenanjung perbukitan karang setinggi 425 m di pantai tenggara Spanyol, Gibraltar atau Jabal Tariq.
Mengenai asal-usul dan sejarah hidupnya, sangat sedikit buku sejarah yang menceritakannya. Thariq bin ziyad berasal dari bangsa Barbar, mengenai sukunya, para sejarawan masih berbeda pendapat; dari suku Nafza atau suku Zanata. Ia bekas seorang budak yang kemudian dimerdekakan oleh Musa bin Nushair, Gubernur Afrika Utara dan di tangan Musa ini pula ia memeluk agama Islam bersama orang-orang Barbar lainnya yang tunduk di bawah kekuasaannya setelah menaklukkan daerah Tanja. Di kisahkan bahwa setelah masuk Islam, mereka menjalankan agama Islam dengan baik. Oleh karena itu, sebelum Musa pulang ke Afrika, ia meninggalkan beberapa orang Arab untuk mengajari mereka Al-Qur’an dan ajaran-ajaran Islam. Setelah itu Musa mengangkat Thariq, yang merupakan prajurit Musa yang terkuat, menjadi penguasa daerah Tanja, ujung Maroko dengan 19.000 tentara dari bangsa Barbar, lengkap dengan persenjataannya.
Pada bulan Rajab tahun 97 H (Juli 711 M), Thariq bin Ziyad mendapat perintah dari Musa bin Nushair untuk menyerang semenajung Andalusia. Dengan 7000 prajurit yang sebagian besar dari bangsa Barbar, Thariq menyeberangi selat Andalusia yang jaraknya hanya 13 mil dengan perahu-perahu pemberian Julian, gubernur Ceuta di Afrika Utara, yang bersekutu dengan kaum muslimin untuk menentang raja Roderick, penguasa kerajaan Visigoth di Andalusia. Setelah mendarat di pantai karang yang kemudian dinamai Gibraltar, Thariq beserta pasukannya berhadapan dengan 25.000 prajurit Visigoth. Pada mulanya kedatangan pasukan Thariq ini membuat heran Tudmir, penguasa setempat yang berada di bawah kekuasaan Raja Roderick, karena mereka datang dari arah yang tidak diduga-duga, yaitu dari arah laut. Walaupun jumlah pasukan kaum muslimin jauh lebih sedikit dibandingkan pasukan musuh, namun jumlah yang banyak tersebut tidak membuat gentar pasukan kaum muslimin, terlebih setelah mereka mendengarkan pidato panjang yang membuat jiwa mereka menggelora yang disampaikan oleh panglima mereka, Thariq bin Ziyad. Akhirnya pertempuran ini dimenangkan oleh Thariq dan Raja Roderick sendiri tewas dalam pertempuran tersebut.
Kemudian Thariq meminta tambahan pasukan kepada Musa. Lalu dikirimlah 5000 prajurit yang sebagian besar berasal dari bangsa Barbar. Satu demi satu kota-kota di Andalusia berhasil diduduki tentara Thariq; Toledo, Elvira, Granada, Cordoba dan Malaga. Antara musim semi sampai musim panas tahun 711 H, Thariq telah berhasil menguasai separuh wilayah Andalusia. Dalam kitab Tarikh al-Andalus, disebutkan bahwa sebelum meraih keberhasilan ini, Thariq telah mendapatkan firasat bahwa ia pernah bermimpi melihat Rasulullah saw bersama keempat khulafa’ al-rasyidin berjalan di atas air hingga menjumpainya, lalu Rasulullah saw. memberi tahukan kabar gembira bahwa ia akan berhasil menaklukkan Andalusia. Kemudian Rasulullah saw. menyuruhnya untuk selalu bersama kaum muslimin dan menepati janji.
Setelah meraih kemenangan ini, Thariq menulis surat ke Musa, mempersembahkan kemenangan kaum muslimin ini. Dalam suratnya itu ia menulis: Saya telah menjalankan perintah anda. Allah telah memudahkan kami memasuki negeri Andalusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar