Sejarah Para Khalifah: Sultan Ahmad I, Sosok Penyayang dan Ramah
Rabu, 22 Juni 2011 11:37 WIB
REPUBLIKA.CO.ID, Ahmad I adalah Sultan Turki Utsmani sejak 1603 hingga wafatnya, pada 1617. Ahmad I menggantikan ayahnya, Muhammad III pada 1603. Saat itu, ia baru berumur 14 tahun dan merupakan Sultan Utsmani pertama yang menjabat sebagai sultan pada usia belia.
Sebelumnya tidak ada seorang Sultan Utsmani yang menjadi penguasa dalam usia yang demikian muda. Ia dikenal sebagai sosok penyayang dan ramah. Hal ini ditunjukkan dengan penolakannya untuk menghukum mati saudaranya (Mustafa) yang akhirnya menggantikannya. Ia dikenal karena kecakapannya main anggar, balap kuda dan kefasihan dalam beberapa bahasa.
Pada awal pemerintahannya, Ahmad I terlihat tegas dan giat, berbeda dengan perilakunya di kemudian hari. Perang yang menyertai kenaikannya di Hungaria dan Persia berakhir tidak menguntungkan untuk kesultanan itu.
Ahmad I berhenti bersenang-senang menjelang akhir masa kekuasaannya. Demoralisasi dan korupsi mewabah di seluruh layanan umum, sebagaimana indisipliner di kalangan militer. Konon pemakaian tembakau telah diperkenalkan di negara itu selama masa pemerintahannya. Ahmad I mangkat karena types pada 1617.
Kini Sultan Ahmad I dikenang karena membangun Masjid Sultan Ahmad—juga dikenal sebagai Masjid Biru, salah satu karya besar arsitektur Islam. Daerah di Istanbul sekeliling masjid itu kini disebut Sultanahmat. Ia dimakamkan di sebuah masoleum di kanan luar dinding masjid terkenal tersebut.
Ketika menjadi sultan, kondisi pemerintahan Utsmani sedang dilanda krisis dan peperangan di Eropa, pertempuran menghadapi Iran, juga pemberontakan-pemberontakan di dalam negeri.
Sultan Ahmad I mengangkat Lala Muhammad Pasya sebagai panglima angkatan bersenjata, menggantikan pendahulunya, Yamsyaji Hasan Pasya. Dia seorang jenderal yang baik dan penuh prestasi. Misinya terfokus pada penguatan kembali militer Utsmani dan pengepungan benteng Astaragon kemudian menaklukkannya.
Tatkala Lala Muhammad Pasya meninggal, dia digantikan oleh Qapujim Murad Pasya sebagai panglima angkatan bersenjata. Sebelumnya, Qapujim adalah seorang komandan pasukan. Di bawah Qapujim, pasukan Utsmani berhasil menaklukkan Austria dan mampu merebut kembali benteng-benteng pertahanan di kota Yanek, Astaragon, Belgrade, dan kota-kota lainnya.
Pemerintah Utsmani memperbaharui hak-hak istimewa Prancis dan Inggris. Sebagaimana juga diperbaharuinya kesepakatan dengan Polandia, di mana pasukan Utsmani harus mencegah tindakan di luar batas yang mungkin dilakukan pasukan Tartar ke Polandia.
Belanda juga mendapatkan hak-hak istimewa. Hak istimewa ini membuat mereka menyebarkan rokok di negeri Islam yang kemudian menyebar di kalangan tentara. Melihat ini, mufti kesultanan mengeluarkan fatwa pelarangan rokok. Namun fatwa ini ditentang oleh tentara yang didukung para pejabat pemerintah. Akhirnya, para ulama pun bungkam.
Sultan Ahmad I dikenal sebagai sosok yang bertakwa dan mencintai Rasulullah. Dia taat menjalankan perintah Allah. Mengurusi langsung masalah-masalah yang dihadapi negara, sederhana dalam berpakaian, serta sering meminta nasihat pada orang-orang berilmu, kalangan terdidik dan mereka yang memiliki kemampuan memimpin. Ia wafat pada 1617 dan dikuburkan di Masjid Jami' Sultan Ahmad.
Sebelumnya tidak ada seorang Sultan Utsmani yang menjadi penguasa dalam usia yang demikian muda. Ia dikenal sebagai sosok penyayang dan ramah. Hal ini ditunjukkan dengan penolakannya untuk menghukum mati saudaranya (Mustafa) yang akhirnya menggantikannya. Ia dikenal karena kecakapannya main anggar, balap kuda dan kefasihan dalam beberapa bahasa.
Pada awal pemerintahannya, Ahmad I terlihat tegas dan giat, berbeda dengan perilakunya di kemudian hari. Perang yang menyertai kenaikannya di Hungaria dan Persia berakhir tidak menguntungkan untuk kesultanan itu.
Ahmad I berhenti bersenang-senang menjelang akhir masa kekuasaannya. Demoralisasi dan korupsi mewabah di seluruh layanan umum, sebagaimana indisipliner di kalangan militer. Konon pemakaian tembakau telah diperkenalkan di negara itu selama masa pemerintahannya. Ahmad I mangkat karena types pada 1617.
Kini Sultan Ahmad I dikenang karena membangun Masjid Sultan Ahmad—juga dikenal sebagai Masjid Biru, salah satu karya besar arsitektur Islam. Daerah di Istanbul sekeliling masjid itu kini disebut Sultanahmat. Ia dimakamkan di sebuah masoleum di kanan luar dinding masjid terkenal tersebut.
Ketika menjadi sultan, kondisi pemerintahan Utsmani sedang dilanda krisis dan peperangan di Eropa, pertempuran menghadapi Iran, juga pemberontakan-pemberontakan di dalam negeri.
Sultan Ahmad I mengangkat Lala Muhammad Pasya sebagai panglima angkatan bersenjata, menggantikan pendahulunya, Yamsyaji Hasan Pasya. Dia seorang jenderal yang baik dan penuh prestasi. Misinya terfokus pada penguatan kembali militer Utsmani dan pengepungan benteng Astaragon kemudian menaklukkannya.
Tatkala Lala Muhammad Pasya meninggal, dia digantikan oleh Qapujim Murad Pasya sebagai panglima angkatan bersenjata. Sebelumnya, Qapujim adalah seorang komandan pasukan. Di bawah Qapujim, pasukan Utsmani berhasil menaklukkan Austria dan mampu merebut kembali benteng-benteng pertahanan di kota Yanek, Astaragon, Belgrade, dan kota-kota lainnya.
Pemerintah Utsmani memperbaharui hak-hak istimewa Prancis dan Inggris. Sebagaimana juga diperbaharuinya kesepakatan dengan Polandia, di mana pasukan Utsmani harus mencegah tindakan di luar batas yang mungkin dilakukan pasukan Tartar ke Polandia.
Belanda juga mendapatkan hak-hak istimewa. Hak istimewa ini membuat mereka menyebarkan rokok di negeri Islam yang kemudian menyebar di kalangan tentara. Melihat ini, mufti kesultanan mengeluarkan fatwa pelarangan rokok. Namun fatwa ini ditentang oleh tentara yang didukung para pejabat pemerintah. Akhirnya, para ulama pun bungkam.
Sultan Ahmad I dikenal sebagai sosok yang bertakwa dan mencintai Rasulullah. Dia taat menjalankan perintah Allah. Mengurusi langsung masalah-masalah yang dihadapi negara, sederhana dalam berpakaian, serta sering meminta nasihat pada orang-orang berilmu, kalangan terdidik dan mereka yang memiliki kemampuan memimpin. Ia wafat pada 1617 dan dikuburkan di Masjid Jami' Sultan Ahmad.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar