Oleh: Mugiwara no Nakama
Sebelum membahas lebih jauh tentang berbagai proyek yang dirancang oleh Konspirasi Internasional, ada baiknya kita membahas terlebih dahulu tentang sebuah organisasi Yahudi sekaligus otak dari setiap kejadian sejarah dunia, yakni Freemasonry. Sebuah organisasi yang berasal dari para Biarawan Sion atau Ksatria Templar yang melarikan diri ke Skotlandia, Portugal, dan Spanyol, dari kejaran Raja Perancis, Phillipe Ie Bel atau Phillipe IV dan Paus Clement V. Demi keamanan, mereka pun mengganti nama organisasi dan pribadi mereka menjadi Freemason.
Dari Biarawan Sion Sampai ke Freemasonry
Menurut Dossiers Secrets atau dokumen rahasia, Biarawan Sion (Priory Sion) atau Ordo Sion didirikan oleh Godfroi de Bouillon pada 1090. Namun di dalam Dokumen Biara disebutkan Biarawan Sion didirikan pada 1099, bertepatan dengan jatuhnya Yerusalem ke tangan Pasukan Salib yang dipimpin oleh Godfroi dari kaum Muslimin. Markas induknya berada di sebuah gereja khusus bernama Abbey of Notre Dame du Mount de Sion di Yerusalem, atau di sebuah bukit terkenal di luar Yerusalem, di selatan kota bernama Gunung Sion[1]. Konon, di gunung inilah Nabi Daud tinggal dan membangun rumah peribadatan yang kemudian bernama Bandar Daud. Bahkan kaum Yahudi mempercayai bahwa Tuhan tinggal
di Gunung atau disebut juga Bukit Zion itu[2]. Dari sinilah berasal nama Ordo Sion itu.
Dalam sejarahnya, selain mereka berhasil mengambil alih Yerusalem dari kaum Muslimin, mereka pun berhasil mengangkat adik kandung Godfroi de Bouillon, Baldwin I. Menurut para peneliti, diangkatnya Baldwin menjadi raja di Yerusalem, tidak lain karena mereka saat itu sangat berkuasa. Di dalam perjalanannya, Ordo Sion yang juga disebut Ksatria Templar ini berhasil mendirikan sebuah tempat penitipan harta para peziarah Kristen yang ingin ke Yerusalem. Selama bepergian para peziarah ini tidak perlu khawatir, karena harta benda mereka dijaga oleh Ksatria Templar yang bernama Usury. Metode lembaga riba ini kemudian jauh-jauh hari diadopsi oleh bank-bank konvensional modern menjadi Treasury atau tempat penyimpanan benda-benda berharga. Para peziarah ini pun juga diberi selembar kertas promis yang memiliki kode-kode yang begitu rumit dan ketika tiba di Yerusalem mereka menukarnya di lembaga keuangan Templar setempat dengan uang. “Inilah cikal bakal sistem cek tunai yang kita kenal sekarang,” tulis Knight Templar Knight of Christ menyimpulkan.
Tanggal 4 Juli 1187 menjadi hari yang bersejarah bagi kaum Muslimin. Karena di tanggal inilah ketika Subuh seluruh pasukan kaum Muslimin pimpinan Shalahuddin Al-Ayyubi berhasil mengepung rapat posisi pasukan Salib. Singkatnya, dengan perjuangan yang sangat berat melawan pasukan Salib yang saat itu juga berusaha melindungi Yerusalem dari serbuan serangan kaum Muslimin, Yerusalem pun akhirnya kembali jatuh ke tangan kaum Muslimin. Mengenai peristiwa bersejarah ini, film Kingdom Heaven ‘merekamnya’ dengan sangat apik.
Akibat kejatuhan Yerusalem ini ke tangan kaum Muslimin yang kata Ordo Sion di dalam Dossiers Secrets disebabkan oleh penghianatan Gerard de Ridefort dan juga akibat kegegabahan Guy de Lusignan dan tentu saja sebab-sebab yang lain, Biarawan Sion dan Ksatria Templar resmi pecah. Mengenai perpecahan ini, Rizki Ridyasmara dalam “Knight Templar Knight of Christ,” menulis:
“Satu tahun setelah kejatuhan Yerusalem, tahun 1188, secara resmi Ordo Sion melepaskan segala tanggungjawab dan memutuskan hubungan dalam bentuk apapun terhadap Ksatria Templar. Perpecahan ini dikabarkan diperingati dengan upacara ritual yang dinamakan dengan Penebangan Pohon Elm. Tidak jelas apa maksudnya. Sejak itu, secara resmi Ordo Sion menyatakan Ksatria Templar tidak ada lagi ikatan apapun dengannya… Untuk mempertegas hal tersebut, Ordo Sion mengubah namanya menjadi Biarawan Sion. Jika sebelum tahun 1188, Ordo Sion dan Ksatria Templar memiliki satu Grand Master yang sama, maka sejak tahun itu mereka memiliki Grand Masternya sendiri-sendiri. Menurut Dokumen Biara, Grand Master Ksatria Templar pertama di tahun 1188 adalah Jean de Gisors”. Rizki menambahkan, meskipun mereka secara resmi telah berpisah, namun kenyataannya mereka masih tetap berhubungan dan melakukan kerjasama meskipun melalui gerakan bawah tanahnya.
Mengenai hubungan rahasia ini, penulis meyakini disebabkan karena mereka mempunyai satu tujuan dan satu Ideologi, yaitu Kabbalah. Kabbalah sendiri adalah ajaran mistis dan esoteris yang menyembah dewa dewi. Jika kita merunutnya jauh ke belakang, maka kita akan menemukan bahwa sesungguhnya ajaran penyembah setan ini diciptakan oleh para penyihir dari Mesir kuno yang menjadi pendeta sekaligus penasehat Fir’aun. Tak hanya Fir’aun yang mereka pengaruhi, para Pendeta Amon ini pun berhasil mempengaruhi rakyat Mesir. Para Pendeta Amon ini pun begitu disegani oleh Fir’aun. Sehingga dalam perjalanannya, mereka berhasil menghasut Fir’aun untuk memusuhi Nabi Musa ‘Alaihissalam dan risalah yang dibawanya.
Di dalam al-Qur’an peristiwa ini digambarkan sangat jelas oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala (SWT). Apalagi saat Fir’aun mengumpulkan para penyihir terhebat dari seluruh negeri untuk mengalahkan Nabi Musa. Namun, dengan kekuasaan dan izin Allah SWT, sihir para penyihir itu berhasil ditaklukkan oleh Nabi Musa. Para penyihir itu pun setelah melihat mukjizat Nabi Musa langsung mengakui kebenaran risalah yang dibawa oleh Nabi Musa. “Sungguh itu bukanlah perbuatan sihir yang kami kenal yang diilhami dari setan. Tapi sesuatu yang digerakkan kekuatan gaib yang menandakan kebenaran kata-kata Musa dan Harun. Maka tidak alasan bagi kami untuk tidak mengimani risalah yang mereka bawa dan beriman kepada Tuhan mereka sesudah apa yang kami lihat dan saksikan dengan mata kepala mereka sendiri,” ujar para penyihir sambil bersujud di depan Nabi Musa ‘Alaihissalam.
Namun setelah beberapa lamanya, keimanan Bani Israil terhadap kerasulan Nabi Musa dan Nabi Harun ‘Alahissalam memudar dan hilang. Tepatnya setelah Allah menyeberangkan Nabi Musa dan Bani Israil dari laut dari kejaran Fir’aun dan bala tentaranya. Pada saat itu Nabi Musa pergi ke Bukit Thursina untuk seorang diri untuk menerima “Firman yang Sepuluh” (The Ten Commandment) dan mengenai urusan penjagaan Bani Israil diserahkan kepada Nabi Harun. “Kekosongan” inilah dimanfaatkan oleh salah seorang pengikut Nabi Musa dan Harun dari kalangan Bani Israil bernama Samiri.
Samiri sendiri adalah salah seorang dari Bani Israil yang masih memegang kepercayaan Kabbalah sebagai falsafah hidup. Bahkan ia disebut sebagai salah seorang petinggi Kabbalah yang berhasil menyusup ke dalam umat Nabi Musa. Dia pun mengeluarkan sebuah patung anak sapi dan mulai membujuk Bani Israil untuk kembali kepada ajaran nenek moyangnya, Kabbalah atau penyembahan terhadap berhala-berhala. Propaganda ini berhasil dan ketika Nabi Musa kembali ke kaumnya, beliau pun marah melihat prilaku umatnya. Mereka berkilah sambil mengeluarkan sebuah patung anak sapi yang dapat bersuara. “Maka mereka berkata: ‘Inilah Tuhanmu dan Tuhan Musa, tetapi Musa telah lupa.” (TQS. Thahaa: 86-88).
Begitulah sebuah peristiwa yang menjelaskan kepada kita semua, bagaimana Iblis melalui anak buahnya mempengaruhi pikiran Bani Israil sehingga sampai saat ini mereka, kaum yang kini disebut Yahudi, masih menganut dan mengamalkan ajaran Kabbalah lewat kitab Talmud. Kitab yang sengaja diciptakan oleh para pendeta Yahudi yang menganut ajaran ini untuk menyaingi bahkan membuang Kitab Taurat asli yang menyuruh penyembahan kepada Allah SWT dan tidak menyekutukannya. Kitab Talmud sendiri berisi penghinaan terhadap Tuhan yang disamakan dengan makhluk ciptaannya dan juga berisi penghinaan terhadap agama lain di luar Yahudi seperti Islam dan Kristen, dengan menyebutnya sebagai Ghoyim atau kaum Gentiles (Budak).
Kembali ke topik. Melihat kekayaan, kebesaran sampai jaringan kekuasaan para Templar yang makin luas, Raja Perancis Phillipe IV pun muak dan iri. Hal ini disebabkan karena ia tidak mempunyai pengaruh terhadap para Templar lalu karena ia mempunyai hutang yang sudah membengkak disebabkan pembiayaan Perang Salib kepada Ordo ini. Akibat dendam, ia pun menyuruh seorang utusan bernama Von Nugari untuk menyampaikan permintaan kepada Paus Clement V untuk membantunya balas dendam. Paus Clement V pun menyetujuinya dengan alasan berhutang budi kepada Phillipe IV. Singkatnya, Paus Clement V bekerjasama dengan Raja Perancis Phillipe IV pun mengeluarkan surat perintah untuk menangkap dan mengadili para Ksatria Templar lewat vonis inquisisi karena diduga para Templar telah melakukan bid’ah.
Lalu, pada tahun 1312, secara resmi Paus Clement V mengeluarkan maklumat pembubaran Ksatria Templar yang kemudian disusul penangkapan Grand Master Ksatria Templar, bernama Jacques de Molay pada 1314, dua tahun setelah maklumat pembubaran itu dikeluarkan. Pada bulan Maretnya, Jacques de Molay pun di bakar hidup-hidup di tiang salib. Tepatnya di belakang Gereja Notre Dame, Paris di depan umum. Di dalam kobaran api itu, de Molay meneriakkan kutukan dengan sangat keras bahwa setahun setelah ia mati, Paus Clement V dan Phillipe Ie Bel juga akan ikut mati. Tiba-tiba saja hal itu terbukti, keduanya, Paus Clement V dan Phillipe Ie Bel meninggal secara berurutan dan misterius.
Dari sinilah bermula, para Templar yang kabur ke berbagai negeri di Eropa itu akhirnya meninggalkan segala “pernak-pernik” Ksatria Templar. Mereka menyembunyikan segala identitas pribadi mereka. Di Skotlandia, mereka diterima oleh King Robert The Bruce. Para Templar ini pun menyusup ke dalam pekerjaan tukang Batu. Lewat kegiatan inilah mereka mulai menguasai para Mason tersebut. Di Portugal, mereka mengubah nama ordo mereka menjadi knight of Christ Order dan di Spanyol mereka bergabung kedalam tim ekspedisi Vasco da Gama.
Freemason berdiri secara resmi di Inggris pada tahun 1717. Freemason sendiri berasal dari dua kata, free dan mason. Free berarti bebas dan Mason (Masonry) berarti pembangun, juru bangun dan membangun[3]. Dan seperti halnya sebuah organisasi, Freemason mempunyai struktur keanggotaan tersendiri. Dan dari semua jenjang ini Freemason dapat di kelompokkan ke dalam tiga jenis jenjang keanggotaannya. Berikut ketiga jenis Freemason tersebut[4]:
- Symbolism Freemason (Freemason Simbolik).
Karena gerakan Freemason bersifat elitis, maka proses perekrutan biasanya melaui acara private party yang sangat berkelas. Sehingga dapat menarik minat orang-orang terpandang untuk dapat mengikuti acara yang mereka buat. Orang-orang yang menjadi target perekrutan biasanya adalah orang-orang yang mempunyai pengaruh di dalam masyarakat, seperti, politisi, keluarga kerajaan kaum cendikiawan dan lain sebagainya.
- Tahap selanjutnya adalah tingkatan Freemason Royal (Freemason Kerajaan). Di dalam tingkatan ini adalah orang-orang yang sudah membuang jauh kepercayaan awal yang dianutnya, seperti agama, nasionalisme dan prinsip-prinsip dasar lainnya dengan menggantinya dengan prinsip-prinsip Masonik. Contoh tokoh pada level ini seperti Winston Churchil dan juga Lord Balfour.
- Freemason of the Universe (Freemason untuk Alam Semesta). Ini adalah jenis tingkatan terakhir dari seorang Mason. Pada level ini, hanyalah orang yang berdarah Yahudi saja yang dapat masuk ke dalam tahap ini dan tentu saja harus mematuhi setiap doktrin Freemason sepenuhnya. Mereka yang telah berada pada posisi ini biasanya perannya sudah lebih berpengaruh (baca berkuasa) daripada seorang Paus bahkan Presiden sekalipun. Jadi jangan heran jika Perdana Menteri Israel begitu berkuasa penuh atas Presiden Amerika Serikat dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan Israel, Palestina bahkan masalah keamanan Timur Tengah, karena seluruh pemimpin Zionis adalah mereka yang telah duduk di level ini.
Yang menjadikan faktor kebencian orang-orang Yahudi terhadap agama Kristen adalah karena, seperti biasanya, orang-orang Kristen berhasil “mengusik” ketentraman mereka dalam beragama. Di Perancis, khususnya di tiga kota: Aix, Arles dan Marsailles, Sinagog (rumah ibadah umat Yahudi) berada dalam keadaan terancam. Raja Perancis saat itu memaksa orang-orang Yahudi ini untuk masuk ke dalam agama Kristen. Kontan hal ini mengganggu batin kaum Yahudi Perancis.
Diduga, dari sinilah berawalnya permusuhan hebat di kalangan Yahudi terhadap Kristen—meskipun sebenarnya dendam permusuhan mereka sudah ada sejak dari nenek moyang mereka di zaman Fir’aun (seperti yang telah penulis bahas sedikit di atas), bahkan jauh sebelumnya sejak Iblis, si Raja Kegelapan atau lebih dikenal dengan Lucifer, terusir dari Surga karena menolak perintah Allah untuk bersujud kepada Adam—dan sebagai landasan umum yang mereka pakai sebagai dasar rencana untuk menguasai dunia[5] (Novus Ordo Seclorum—Tatanan Dunia Baru, seperti yang tertera pada uang satu Dolar Amerika Serikat).
Proyek Penghancuran Agama Kristen
Sebuah surat pada tanggal 24 Juli 1489 dari Perancis dikirimkan oleh seorang pendeta Yahudi (Rabi) bernama Shamur meminta pendapat atas situasi mencekam atas penindasan yang dialami masyarakat Yahudi Perancis oleh masyarakat Kristen Perancis ke Istanbul (Turki) kepada Pemimpin Tertinggi Yahudi yang langsung dibalas dengan jawaban sebagai berikut:
“Saudara-saudara, dengan rasa sedih pengaduan kalian kami pelajari. Derita nasib buruk yang kalian alami membuat kami ikut bersedih. Kalian mengadukan, bahwa Raja Perancis telah memaksa kalian memeluk agama Nasrani. Kalian sulit menentang perintah paksaan itu, maka masuklah agama Nasrani. Tetapi harus di ingat, bahwa ajaran Musa harus kalian pegang erat-erat dalam hati sanubari. Umat Kristen memerintahkan supaya kalian menyerahkan harta benda kalian. Laksanakanlah. Selanjutnya didiklah putra-putri kalian menjadi pedagang dan pengusaha tangguh, agar pelan-pelan bisa merebut kembali harta benda itu dari tangan mereka. Kalian juga melaporkan, bahwa mereka mengancam keselamatan hidup kalian. Maka binalah putra-putri kalian menjadi dokter, agar bisa membunuh orang-orang Kristen secara rahasia. Mereka menghancurkan tempat peribadatan kalian. Maka, didiklah putra-putri kalian menjadi pendeta agar bisa menghancurkan gereja mereka dari dalam. Mereka menindas dengan melanggar hak dan nilai kemanusiaan. Maka, didiklah putra-putri kalian sebagai agen-agen propaganda dan penulis, agar bisa menelusup keberbagai jajaran pemerintahan. Dengan demikian, kalian akan bisa menundukkan orang Kristen dengan cengkeraman kuku-kuku kekuasaan internasional yang kalian kendalikan dari balik layar. Ini berarti pelampiasan dendam kesumat kalian terhadap mereka.”
Maka, lewat sosialisasi surat perintah dari pemimpin tertinggi Yahudi di Konstantinopel yang intensif melalui Rabi Shamur ini, berbondong-bondonglah orang-orang Yahudi masuk Katolik, tentu saja dengan motivasi balas dendam dan faktor keamanan[6]. Penyusupan kedalam agama Kristen Katolik ini dimanfaatkan secara sangat baik oleh orang-orang Yahudi ini.
Jauh sebelum surat dari Pemimpin Tertinggi Yahudi ini dikeluarkan, seseorang dari Tarsus diutus ke dalam agama Kristen untuk melakukan pengrusakan terhadap ajaran Kristen, lalu setelah itu—secara terselubung—memasukkan unsur-unsur ajaran Kabbalah (Paganisme) ke dalam kekristenan itu sendiri. Siapa dia? Tak lain dan tak bukan ialah Paulus yang kini lebih dikenal sebagai Santo (orang suci) Paulus. Paulus juga lah yang dikabarkan merubah ajaran Kristen menjadi agama misi, sama halnya dengan agama Islam.
Faktor utama para Ordo Kabbalah ingin merusak ajaran Kristen dengan menyusup kedalamnya adalah karena sebenarnya mereka tidak mengakui Yesus sebagai Kristus melainkan mereka mengakui Yohannes Pembaptis sebagai Kristus. Faktor lainnya karena pada saat itu Peter si Pertapa mengatakan bahwa ialah pewaris gereja Yesus bukan kepada Maria Magdalena, yang konon kabarnya sebagai Istri Yesus. Padahal Ordo Kabbalah sangat menginginkan agar Yesus mewariskan gerejanya kepada Maria Magdalena. Disinilah puncak kebencian mereka terhadap Kristen. Dan surat dari Konstantinopel pada 24 Juli 1489 itu semakin meyakinkan lagi hal ini.
Untuk menghilangkan keraguan Yesus adalah Tuhan dan Trinitas sebagai doktrin kekristenan maka digelarlah sebuah konsili besar di Nicea pada tahun 325 Masehi. Pada Konsili ini Kaisar Romawi, Konstantin akhirnya mengeluarkan empat buah keputusan resmi yang berisi, menetapkan hari kelahiran Dewa Matahari dalam ajaran pagan, tanggal 25 Desember, sebagai hari kelahiran Yesus. Lalu, Hari Matahari Roma menjadi hari Sabbath bagi umat Kristen dengan nama Sun-Day, Hari Matahari (Sunday). Kemudian, mengadopsi lambang silang cahaya yang kebetulan berbentuk salib sebagai lambang kekristenan, dan yang terakhir, mengambil semua ritual ajaran paganisme Roma kedalam ritual atau upacara-upacara kekristenan[7].
Di dalam sebuah cerpen “Prahara dari Nicea”[8] karya Ermando Sanzio disebutkan bahwa kemenangan kaum Trinitarian dalam konsili ini karena pada saat itu terjadi sebuah kecurangan. Disebutkan, bahwa kelompok Trinitarian (yang mempercayai konsep Trinitas) mengusulkan agar kedua belah pihak (Trinitarian dan Unitarian atau kelompok yang masih mempercayai konsep Tauhid yang dibawa oleh Yesus) untuk berdoa dan meletakkan seluruh Injil yang ada ke bawah meja lalu keluar dari ruang tempat diadakan konsili tersebut agar kembali besok untuk melanjutkan kembali konsili yang tertunda karena perdebatan antar kubu pro Trinitas dengan yang menolak Trinitas yang saat itu membuat Kaisar Konstantin marah.
“Setelah itu kita sama-sama berdoa meminta petunjuk agar Injil kebenaran menampakkan diri di atas meja besar ini sedangkan yang palsu biarlah tergeletak di bawah. Hingga esok pagi kita kembali ke ruangan ini maka bersama telah kita ketahui mana Injil yang akan kita jadikan kitab suci,” kata mereka kepada Kaisar Konstantin. Usul ini akhirnya di terima oleh Kaisar Konstantin pada waktu itu.
Namun besoknya, ketika mereka kembali ke ruang konsili, secara aneh, beberapa buah Injil tergeletak di atas meja. Sontak hal ini membuat Kaisar dan lainnya (kecuali Arius dari kubu Unitarian) terkesima dan percaya bahwa Injil yang tergeletak di atas meja itulah yang asli (benar). Dari sinilah penulis mengambil kesimpulan asal mula kemenangan kelompok Trinitarian yang mewakili Gereja Paulus. Singkatnya, seluruh Injil yang tidak sesuai dengan konsep Trinitas dibakar dan dimusnahkan. Bahkan Gereja mengancam akan menindak tegas (hukuman mati) bagi siapa saja yang kedapatan menyimpan Injil yang dilarang. Sebuah larangan yang tidak main-main.
Kaisar Konstantin sendiri adalah seorang penganut ajaran Kabbalah yang tidak pernah dibaptis memeluk Kristen bahkan hingga pada saat kematiannya ia masih tetap penganut Kabbalah. Motivasi ia mengadakan Konsili Nicea adalah untuk menjaga kestabilan dan keamanan di daerah kekuasaannya karena saat itu kedua kubu tersebut sedang bertikai yang menyebabkan gejolak di dalam masyarakat pada waktu itu. Setelah Konsili lanjutan yang diadakan di Tyre, dua konsili lagi digelar. Konsili Antiokia (351 M) dan Konsili Sirmium (359 M). Pada kedua Konsili ini diputuskan bahwa keesaan Tuhan adalah dasar kekristenan dan tidak mengakui konsep Trinitas. Namun, karena saat itu Gereja Paulus sudah berkembang amat pesat di Eropa sehingga menyebabkan rakyatnya tidak perduli lagi kepada hasil dari kedua Konsili tersebut.
Kini setelah berabad-abad silam, mereka terbukti lagi berhasil menghancurkan Kristen lagi, dengan cara memprovokasi dan mendukung para penentang yang melawan eksistensi Gereja Katolik. Adalah Martin Luther dengan para pendukungnya mengeluarkan protes melalui 95 pernyataannya yang secara berani menentang otoritas Kepausan pada tanggal 31 Oktober 1517. Gerakan protes ini kemudian di dalam kekristenan sendiri disebut Protestan. Disusul oleh John Calvin yang menyuarakan Calvinisme. Dalam waktu singkat, jumlah pengikut Luther bertambah begitupun dengan pengikut Calvin[9].
Gerakan protes atau gugatan dan reformasi Gereja Katholik Roma ini ternyata dimanfaatkan betul oleh kalangan Yahudi terutama Freemason. Motivasi utamanya adalah membalaskan dendam orang tua mereka yang telah dikejar dan dibasmi oleh Paus dan institusi pendukungnya. Lambat laun hal ini tercium oleh Luther yang menyadari kalau diantara banyak pengikutnya ada para pewaris Templar yang mempunyai motivasi berbeda dengannnya. Pada awalnya ia terkecoh oleh meningkatnya para pendukungnya.
Ia pun merasa kesembilan puluh lima (95) nota protes kepada Gereja itupun merupakan kebenaran dan ia pun jelas terharu atas antusiasme orang-orang yang membela pendapatnya itu. Setelah sadar, Luther pun dengan cepat dan tegas memerintahkan kepada pengikutnya untuk tidak berhubungan langsung dengan orang-orang Yahudi yang menyusup kedalam gerakan protesnya, agar tidak termakan tipu daya Yahudi sembari menghujat mereka[10].
Gurita cengkeraman Freemason ini memang semakin parah, sehingga membuat Gereja Katolik berang. Maka Paus dan para pemimpin tertinggi Gereja Katolik Roma (Vatikan) mengeluarkan larangan kepada para penganut Katolik untuk masuk kedalam organisasi Freemason ini. Vatikan sadar betul bahaya Ordo Kabbalah ini bagi kekristenan dan khususnya kepada para umatnya.
Di dalam buku “Kebangkitan Freemason dan Zionis di Indonesia”, disebutkan sedikitnya ada delapan Paus yang “menfatwakan” larangan terhadap orang-orang Kristen untuk turut dalam aktivitas Freemasonry ini dalam waktu yang berbeda-beda, tentunya. Berikut nama-nama kedelapan Paus tersebut:
- Paus Clement XII pada tahun 1738
- Paus Benedict XIV pada tahun 1751
- Paus Pius VII pada tahun 1821
- Paus Leo XII pada tahun 1825
- Paus Pius VIII pada tahun 1829
- Paus Gregory XVI pada tahun 1832
- Paus Pius IX pada tahun 1846 dan 1873
- Paus Leo XIII pada tahun 1884 dan 1892
Ketegasan Gereja Katolik dalam mengambil keputusan pelarangan terhadap Freemasonry memang sangat tepat mengingat pengaruh gerakan anti agamanya yang semakin menggerogoti pemikiran para umatnya. Salah satu aktivitas anti agama yang paling terkenal adalah Kelompok Api Neraka (Hell Fire Club). Sebuah artikel karya Daniel Willens berjudul “Hell Fire Club: Sex, Politics and Religion in Eighteenth Century in England” yang diterbitkan dalam jurnal Gnosis, menggambarkan secara jelas aktivitas kelompok ini[12]:
“Pada malam-malam yang diterangi cahaya bulan selama pemerintahan Raja George III dari Inggris, anggota-anggota Pemerintahan yang sangat berkuasa, para intelektual penting, dan artis-artis yang berpengaruh kadang dapat terlihat melintasi Sungai Thames dengan gondola ke sebuah reruntuhan biara di dekat Wycombe Barat. Di sana, di bawah bunyi nyaring bel biara yang ternoda, mereka mengenakan jubah biarawan dan bersenang-senang dengan segala bentuk kebejatan, yang berpuncak pada Misa Hitam yang diselenggarakan pada tubuh telanjang seorang wanita ningrat yang asusila dengan diketuai oleh bandot tersohor Sir Francis Dashwood. Kebaktian setan berakhir, lingkaran dalam akan berpindah tempat untuk merencanakan perjalanan Kerajaan Inggris.”
Kelompok Api Neraka ini didirikan oleh Philip, Duke of Wharton (1698-1731) sekitar tahun 1719. Willens mencatat bahwa Phillip adalah seorang politikus Whig dan tentu saja seorang Mason yang kemudian diangkat menjadi Grand Master Freemasonry dari The Great Lodge of England pada 1722. Selain itu, lanjut Willens, Phillip adalah seorang ateis yang suka memperolok-olok agama dengan memimpin keramaian dengan memakai hiasan-hiasan “Satanik” di muka umum. Rizki dalam bukunya “Knights Templar Knights of Christ” menambahkan, bahwa ketika mendirikan kelompok “Rahib-rahib dari St. Medmenham,” nama lain dari The Hell Fire Club, Phillip saat itu masih berumur 21 tahun.
Beberapa nama yang tercatat sebagai anggotanya adalah saudara Dashwood, John Dashwood-King; John Montagu, Earl of Sandwich; John Wilkes; George Bubb Dodington, Baron Melcombe; Paul Whitehead; dan sekumpulan orang-orang lokal yang tidak terlalu profesional maupun bereputasi baik, demikian Harun Yahya yang mengutip pernyataan Willens. Sir Francis Dashwood, menjelang tahun 1739, menemui Abbe Nicollini, dan pada tahun itu juga Paus Clement XII mengeluarkan surat perintah bernama Eminenti Apostalatus Specula yang mengungkapkan inkuisisi atas Loji beserta anggota Freemasonnya.
Berbarengan dengan pemberontakan terhadap Gereja Katolik, penyebaran ajaran Kabbalah di Inggris dan Eropa sudah semakin menunjukkan hasil. Hasil dari kesuksesan ajaran penyembah Lucifer ini adalah munculnya para pemikir bebas yang mengkritisi Injil dari Vatikan. Para pemikir bebas ini menafsirkan injil sesuka hati. Buah dari pemikiran ini muncul isme-isme penentangan terhadap agama seperti Darwinisme, Hedonisme, Kapitalisme dan lain sebagainya.
Di Perancis, paska Revolusi Perancis, para pemikir bebas yang tergabung dalam Freemasonry ini berhasil mengeluarkan undang-undang (UU) anti-klerikal. Menyusul dikeluarkannya UU tersebut, 3000 sekolah agama ditutup, pelajaran-pelajaran agama dilarang, ribuan pendeta ditangkap dan dibunuh, sebagian dari mereka diasingkan dan dianggap sebagai warga kelas dua[13]. Akibatnya, Vatikan memutuskan hubungan diplomatik dengan Perancis pada tahun 1904.
Selain di Perancis, perang melawan agama yang dimotori oleh Freemason juga terjadi di jantung agama Kristen Katolik sendiri, yakni Vatikan. Di Roma, Italia, Freemason menggerakkan sebuah organisasi bernama Carbonari. Sebuah nama yang diambil dari pembuat arang. Berbagai pemberontakan digerakkan untuk menghapus peran agama dalam pemerintahan di Italia. Saat itu, Vatikan masih berkuasa penuh terhadap Italia sehingga Italia disebut sebagai Negara Kepausan. Negara Kepausan akhirnya berakhir di tangan gerakan Persatuan Italia, pimpinan Giuseppe Mazzini, Giuseppe Garibaldi dan Count de Cavour. Persatuan Italia yang sebenarnya gabungan dari Carbonari dan sebuah gerakan yang dimotori oleh para pemuda Italia yang disebut “Italia Muda” ini berhasil menyekulerkan Italia dengan memisahkan Vatikan (Agama) dengan Italia (Negara).
Harun Yahya, seorang peneliti tentang Yahudi asal Turki, mencatat sangat jelas perjalanan kaki tangan Freemason ini dalam upaya untuk menghancurkan peran agama dalam kehidupan bermasyarakat di Italia, seperti berikut ini[14]:
“Sudah menjadi rahasia umum bahwa Carbonari didirikan oleh kaum Mason yang terlibat bersama mereka dalam kegiatan-kegiatan revolusioner. Seusai Revolusi Juli di Prancis pada tahun 1930, organisasi tersebut kehilangan pengaruhnya dan secara bertahap menghilang. Di Italia, Carbonari bersatu dengan gerakan ”Italia Muda” yang didirikan oleh Guiseppe Mazzini. Mazzini, seorang ateis tersohor, selama bertahun-tahun telah bertarung melawan Negara Kepausan dan Gereja dan pada akhirnya menjadi seorang Mason ranking atas yang akan menjadi pendiri Persatuan Italia.”
“Dengan dukungan dua orang Mason terkemuka lain, Guiseppe Garibaldi dan Count di Cavour, ia mendirikan Persatuan Italia pada tahun 1870, serta menggariskan perbatasan Negara Kepausan di belakang batas-batasnya yang telah ada. Setelahnya, Italia memasuki sebuah proses yang membuatnya kian menjauh dari agama, dan mempersiapkan pondasi bagi kediktatoran fasis Mussolini di tahun 1920-an. Singkatnya, dapat kita katakan bahwa Mazzini, Garibaldi, dan Cavour merupakan tiga pemimpin terkemuka yang melakukan fungsi penting dalam pertarungan melawan agama di Eropa.”
Dari dua peristiwa ini, secara langsung dapat kita simpulkan, bahwa, Revolusi Perancis dan pemberontakan di Italia adalah awal dari revolusi yang diciptakan untuk memusnahkan setiap agama samawi (langit) yang ada di dunia ini. Setelah berhasil menggerakkan kedua kekacauan ini, Konspirasi kembali meletuskan perang dunia dan yang kini sedang dalam proses adalah Perang Dunia III. Sebuah perang yang akan mengakhiri setiap kekacauan yang ada di seluruh dunia. Penulis meyakini ini adalah yang dalam peradaban Barat disebut dengan Armageddon sedangkan kita (umat Islam) menyebutnya al-Qiyamah (Kiamat).
Di Balik Revolusi Dunia
Selain mengobarkan perang melawan agama mereka juga berhasil mengobarkan perang meruntuhkan pemerintahan monarkhi di seluruh dunia. Di atas, kita telah melihat upaya mereka dalam upaya menghapus peran agama dari kehidupan masyarakat, yang dikarenakan dendam mereka terhadap Gereja Katolik yang telah menumpas mereka pada tahun 1312 (padahal sejak awal mereka memang ingin merusak setiap agama langit yang ada). Dari sejumlah literatur sejarah disebutkan bahwa Freemason juga adalah otak dari revolusi Inggris, Perancis, Rusia, Turki juga Arab. Selain itu, Perang Dunia I dan II adalah juga hasil karya mereka. Lantas benarkah demikian? Mari kita merunutnya dari rencana perang pertama mereka yakni Revolusi Inggris.
1) Revolusi Inggris
Sebelum terjadinya Revolusi Perancis, Konspirasi sudah lebih dulu membidik Inggris. Saat itu Konspirasi sudah berhasil menyuap Oliver Cromwell, adalah seorang Panglima Perang Inggris yang digunakan oleh Konspirasi untuk menggulingkan Kerajaan Inggris melalui militer. Di lain sisi perlawanan para Pemikir Bebas juga digerakkan dalam hal revolusi terhadap Gereja Katholik. Setelah berhasil menggulingkan Raja Inggris Charles I yang dituduh berkhianat dan membunuhnya pada tahun 1649 beserta para pengikut setia raja dari parlemen.
William Guy Carr mencatat, bahwa tujuan utama persengkongkolan Yahudi bukan sekedar untuk balas dendam tapi lebih dari itu, yakni menguasai perekonomian Inggris. Caranya, pihak Konspirasi meletuskan api peperangan antara Inggris dengan Negara lain. Peperangan tentu memerlukan banyak biaya, dari sinilah para pemilik modal Yahudi memainkan perannya dengan memberikan pinjaman uang dengan bunga yang sangat tinggi. “Dengan ketergantungan keuangan itu akan memberikan mereka kesempatan untuk mendikte kebijakan pemerintah yang bersangkutan, disamping akan mendapatkan keuntungan uang yang berlipat ganda dari hutang yang mereka pinjamkan,” kata mantan anggota dinas rahasia Inggris ini.
Setelah Inggris berhasil ditaklukkan, yaitu lewat gerakan penggulingan Raja Charles I, pada tahun 1689, William of Orange atau William III dan putri Mary berhasil naik tahta. Pada saat itu, Konspirasi berhasil menaikkan William of Orange sebagai pahlawan Protestan dengan ikut menceburkan diri dalam perang melawan Katolik yang saat itu dipimpin oleh mantan Raja Inggris yang dipaksa turun tahta pada 1688, James II. William III sendiri adalah seorang yang begitu fanatik mendukung gerakan pembaharuan Kristen yang dipmpin oleh Martin Luther. Di lain sisi saat itu rakyat Inggris masih ingin mengembalikan James II sebagai raja mereka.
Peristiwa peperangan itu bermula ketika James II kembali ke Irlandia, Negara bagian Inggris Raya yang pada Maret 1689 telah menjadi Katolik. Maka, tepat pada 12 Juli 1689, pertempuran sengit antara Protestan melawan Katolik pun terjadi. Akibat perang tersebut, dalam kurun waktu empat tahun terhitung sejak tahun 1694-1648, hutang Inggris kepada pemodal Yahudi membengkak dari £ 1.250.000 menjadi £ 16 juta[15]. Para pemodal Yahudi yang memberikan pinjaman tidak diketahui identitasnya sampai saat ini. Karena ini adalah salah satu syarat hutang yang diajukan pemodal Yahudi kepada Inggris. Selain syarat itu, pihak pemodal Yahudi juga menginginkan pemerintah Inggris memberikan rekomendasi istimewa bagi berdirinya Bank of England, sebuah Bank sentral swasta pertama di dunia.
2) Revolusi Perancis
Sebenarnya sejak awal Perancis telah jauh-jauh hari diperingatkan oleh Raja Bavaria tentang bahayanya Konspirasi Yahudi Internasional ini. Peringatan ini tidaklah main-main. Sebuah dokumen dari seorang utusan Konspirasi yang tewas tersambar petir ditemukan oleh pihak kepolisian Bavaria. Dokumen tersebut berisi sandi-sandi yang setelah dipecahkan ternyata adalah proyek Yahudi yang membahayakan dunia. Setelah dilakukan pengusutan lebih jauh oleh kepolisian Bavaria, maka ditemukanlah dokumen yang sama di tempat lain. Kasus inilah yang melatarbelakangi mengapa Raja Bavaria mengirim surat kepada Perancis dan juga Negara Eropa lainnya, termasuk Inggris. Tetapi karena kuatnya pengaruh Konspirasi di Perancis, maka peringatan ini hanya sebatas peringatan. Tidak lebih. Mary Antoinette, istri Raja Perancis, Louis XVI dengan enteng menjawab surat peringatan tersebut: “Mengenai masalah yang berhubungan dengan Perancis, keprihatinan Anda terlalu dibesar-besarkan mengenai kegiatan Freemasonry itu. Aku dicegah percaya, gerakan itu di Perancis merupakan gerakan yang terkecil diantara yang ada di seluruh Eropa.” [16]
Peringatan itu akhirnya terjadi juga. Beragam fitnah yang dilancarkan Freemason melalui kaki tangannya menerpa Raja Perancis, Louis XVI dan istrinya Mary Antoinette. Selain gosip keretakan rumah tangga Raja Louis dan Mary, krisis ekonomi adalah salah satu peristiwa yang menyebabkan meletusnya Revolusi Perancis. Di dalam pelajaran sejarah disebutkan bahwa krisis ini disebatkan oleh kehidupan boros keluarga besar Kerajaan. Padahal ini jelas pembohongan publik dunia. Lady Queenburgh berhasil membongkar penipuan ini. Ia menjelaskan bahwa yang berada di balik Revolusi Perancis adalah pihak Konspirasi Internasional[17].
Singkatnya, di tengah carut marutnya Perancis, maka Revolusi Perancis pun meletus. Revolusi ini dimotori oleh Napoleon Bonaparte. Siapa Napoleon? Napoleon lahir di Korsika, 15 Agustus 1769. Sejak kecil ia termasuk anak yang cerdas di sekolahnya. Singkatnya setelah mengarungi dunia kemiliteran Perancis, ia pun dipercaya sebagai pemimpin tentara Perancis di Italia[18]. Ia pun menjadi panglima perang Perancis yang disegani dunia. Hal ini tidak disia-siakan oleh Konspirasi. Para pemodal Yahudi itu pun langsung memberikan bantuan dana besar-besaran untuk membiayai perang yang dipimpin oleh Napoleon Bonaparte ke Eropa. Saat itu Napoleon telah diangkat menjadi Raja Perancis.
Lambat laun, bantuan dana yang begitu besar dari Rothschild itu membuatnya curiga. Namun niatnya untuk memukul para pemodal tersebut tercium juga oleh Konspirasi, pimpinan Nathan Rothschild. Mulailah pihak Konspirasi menghajar Napoleon lewat perang di Rusia. Stok pasukan, senjata, dan makanan dicekal dengan memutuskan jalur logistiknya. Alhasil Napoleon turun tahta dan di buang ke Pulau Elba. Namun pada 1815, Napoleon berhasil kabur dari Elba dan berhasil membangun pasukannya yang berjumlah hampir 300 ribu orang. Lagi-lagi, niat Napoleon tercium sama Konspirasi. Ia berhasil dikalahkan oleh Duke of Wellington pada tahun itu juga. Wellington sendiri adalah salah seorang Freemason[19]. Napoleon pun akhirnya menyerahkan diri kepada Inggris, lalu diasingkan ke Pulau St. Helena di Samudera Atlantik. Kabarnya, kematian Napoleon adalah karena di racun dengan Arsenikum sedikit demi sedikit ketika berada disana[20]. Benarkah demikian? Wallahu a’lam.
3) Revolusi Rusia[21]
Setelah mengalami kesemrawutan akibat perang melawan Perancis pada 1812, Czar Rusia, Alexander I kemudian segera membenahi negerinya. Ia mengeluarkan sebuah UU yang dapat mempersatukan setiap lapisan masyarakat yang terkena dampak perang. Salah satu UU tersebut mengembalikan orang-orang Yahudi yang berada di pengasingan untuk kembali berada di Rusia. Pada masa pemerintahan Czar Nicholas I lain lagi. Orang-orang Yahudi dipaksa untuk memasukkan anak-anak mereka ke sekolah-sekolah yang ada di Rusia, agar kelak bisa saling dapat membaur dalam masyarakat Rusia. Langkah ini kemudian dilanjutkan oleh Czar selanjutnya yang bernama Alexander II. Ia mengeluarkan instruksi kepada para pejabat di Rusia untuk membuka lowongan pekerjaan untuk orang-orang Yahudi sebesar-besarnya.
Peraturan yang dikeluarkan oleh Czar Alexander II ini ternyata dipandang lain oleh para petinggi Yahudi Internasional. Mereka menganggap pembauran ini dapat mengancam identitas orang-orang Yahudi disana. Konspirasi untuk membunuh Alexander II pun dilancarkan pada 1866, tetapi gagal. Pihak Konspirasi pun belajar dari pengalaman. Usaha pembunuhan Czar Alexander II berhasil, karena termakan tipu daya mereka. Ia dibunuh secara misterius di dalam sebuah rumah milik seorang wanita Yahudi kaya, Hessia Helgman pada tahun 1881.
Satu tahun setelah kematian Czar Alexander II yang misterius, keluar sebuah laporan pengusutan kasus tersebut yang dipimpin oleh Czar Rusia berikutnya benama Alexander III. Isi laporan tersebut adalah orang-orang Yahudi telah berhasil menguasai seluruh lapangan pekerjaan di Rusia. Bahkan mereka ingin menguasai seluruh sendi-sendi perekonomian Rusia dengan cara yang sistematis. Kekaisaran Rusia pun melakukan perlawanan terhadap Yahudi. Konspirasi Yahudi Internasional pun balas dendam. Mereka memboikot seluruh produk buatan Rusia. Rusia pun tertimpa krisis akibat blokade pihak Yahudi ini berbarengan dengan kerusuhan di dalam negeri yang di sebabkan juga oleh dukungan dana dari pihak Konspirasi Internasional.
Krisis multi dimensi ini menjadi alat bagi kaum revolusioner yang tumbuh dari kalangan terpelajar untuk melakukan perlawanan terhadap Kekasiran Rusia. Singkatnya, Kekaisaran Rusia pun tamat digantikan oleh Uni Sovyet. Setelah itu, Rusia dipimpin oleh blok Komunis pimpinan Lenin, Trotski, dan Rasputin. Partai Komunis berhasil menguasai Rusia dengan menetapkan peraturan yang tidak membolehkan mendirikan partai oposisi[22].
Secara ideologis, Uni Sovyet yang berhaluan komunis sangat bertentangan dengan Amerika Serikat dan Eropa Barat yang Kapitalis. Hal ini membuat dengan mudah bagi Konspirasi Yahudi Internasional untuk memainkan peranannya dalam setiap konflik yang ditimbulkan oleh kedua belah pihak. Dua ideologi (Kapitalisme dan Komunisme) yang memang berasal dari ajaran Yahudi dalam rangka proyek untuk menguasai dunia.
4) Revolusi Turki dan Arab
Setelah Konspirasi Yahudi Internasional, Freemasonry dan Illuminati berhasil menguasai Kerajaan Inggris dan juga mendirikan Negara Amerika Serikat. Maka telunjuk Konspirasi kini mengarah kepada sebuah negara yang berhasil menguasai daerah-daerah di kawasan Jazirah Arab dan sebagian Eropa, yakni negara yang mereka sebut The Old Sick-Man. Benar! Negara itu adalah Daulah Islam Usmani yang berpusat di Istanbul, Turki (Konstatinopel). Tujuan Konspirasi menjadikan Kekhalifahan Usmaniyah sebagai target apalagi kalau bukan ingin melapangkan usahanya dalam mendirikan negeri buat orang-orang Yahudi yang menyebar ke seluruh dunia. Meskipun sejatinya mereka sudah punya negara yakni Amerika Serikat.
Secara langsung, pihak Konspirasi menganggap Turki Usmani sebagai penghalang terbesar bagi berdirinya negeri buat mereka, yaitu Negara Zionis Israel, yang terletak di Palestina. Sebelumnya pemuka-pemuka Yahudi ini berhasil menggelar sebuah konferensi Zionis I di Bassel, Swiss pada 1897 yang menggagas pendirian Israel. Setahun sebelum kongres Zionis tersebut, Theodore Herzl, seperti disinggung di muka, menemui Sultan Abdul Hamid II yang saat itu masih memimpin Turki. Dalam pertemuan itu, Sultan Abdul Hamid II menolak dengan tegas tawaran Herzl yang bersedia memberikan bantuan keuangan dalam jumlah besar jika Sultan Usmaniyah ke-27 itu mau memberikan tanah Palestina ke Yahudi.
“Jangan lagi engkau membicarakan hal ini. Saya tidak akan menyisihkan sejengkal pun tanah Palestina karena itu bukan milik saya tapi milik rakyat…,” jawab Sultan Abdul Hamid II dengan tegas. Herzl pun merasa tersinggung dengan jawaban seperti ini. Pada 1897, Herzl kembali mengirim utusan untuk menemui Sultan Abdul Hamid II. Namun lagi-lagi, Herzl lewat para utusannya itu pulang dengan tangan hampa. Melihat respon yang buruk ini dari Kekhalifahan Turki Usmani maka dijalankanlah program penghancuran Daulah Islam terakhir itu.
Seperti program-program yang sudah-sudah, Konspirasi memanfaatkan orang-orang dalam sebuah Negara yang ingin dihancurkannya. Begitupun dengan Turki Usmani, Konspirasi Yahudi Internasional berhasil mengutus seorang Yahudi dari kota Salonika, bernama Mustafa Kemal Pasha. Di kemudian hari lebih dikenal dengan Mustafa Kemal Attaturk. Karir militernya sangatlah panjang. Selain menjadi seorang perwira, ia juga bergabung dengan organisasi Turki Muda (Turki Fatat/ Young Turk). Lalu, pada tahun 1907, ia masuk dalam organisasi Al-Ittihad wa At-Taraqi. Dari kedua organisasi inilah awal mula ia bersentuhan amat dalam dengan lobi Freemason dan Inggris, hingga ia menjadi Presiden Republik Turki pertama, yang juga tak terlepas dari campurtangan keduanya.
Dalam sebuah halamannya, majalah Al-Mujtama’a edisi 425-426 melansir sebuah dokumen rahasia seorang Duta Besar Inggris Lother tahun 1910 mengenai hubungan rahasia antara organisasi Al-Ittihad wa At-Taraqi dan Turki Fatat dengan Freemasonry[23]:
ü Telah jelas bahwa para konseptor gerakan Turki Muda di Salonika mempunyai hubungan erat dengan orang-orang Yahudi.
ü Sebagian besar anggota perwakilan organisasi Al-Ittihad wa At-Taraqi adalah Mason, yaitu dalam dewan perwakilan dan pimpinan perkumpulan yang disebut Dustur. Menteri dalam Negeri Thal’at Bek termasuk tokoh pimpinannya.
ü Ketua cabang Al-Ittihad wa At-Taraqi di Konstantin adalah seorang Yahudi dari Salonika.
ü Para anggota Al-Ittihad wa At-Taraqi meniru semua metode dan teknis yang dipakai dalam Revolusi Perancis.
Isi dokumen aslinya sebenarnya sangatlah panjang. Termasuk memaparkan beberapa tokoh-tokoh Mesir yang termasuk sebagai anggota Freemason.
Hal ini juga dibenarkan oleh Assyahid Dr Abdullah Azzam. Dalam bukunya Al-Manarah Al-Mafqudah, beliau memaparkan secara jelas persengkongkolan Bapak Turki Modern ini dengan Inggris. Berikut ini salah satu buktinya:
“Pada tanggal 19 September 1917, Mustafa kemal dan pasukannya tiba-tiba mundur dari wilayah strategis di timur Nablus secara cepat pada malam hari saat pasukan Kerajaan Inggris pimpinan Jendral Allenby tiba disana. Padahal posisi pasukan Allenby pada saat itu belum memungkinkan untuk meraih kemenangan… Mengenai peristiwa ini, seorang Jenderal Turki berkomentar: ‘Telah terjadi kesepakatan secara rahasia antara Mustafa Kemal dengan panglima pasukan Inggris, Jenderal Allenby. Isi kesepakatan tersebut adalah Mustafa Kamal akan menarik mundur pasukannya secara mendadak, sehingga tentara Turki tidak mampu melakukan pertahanan. Tentu saja hal itu membuat mereka jatuh ke tangan musuh (dengan sangat mudah, penulis)’. ”
Selain memanfaatkan Bapak Turki Modern ini, Konspirasi juga berhasil menunggangi sebuah suku di Arab bernama suku Anzah[24] yang dipimpin oleh Muhammad bin Saud, yang kemudian dilanjutkan oleh anaknya bernama Abdul Azis.
Dengan dukungan dari Inggris, Abdul Aziz bin Muhammad bin Saud melakukan pemberontakan bersenjata melawan Khalifah. Gerakan Wahhabi yang dimotori oleh provokasi Lawrence dari Inggris ini berupaya merampas wilayah yang dipimpin oleh Kekhalifahan Usmaniyah dengan maksud agar mereka dapat mengatur wilayah tersebut dengan mazhab yang mereka anut. Mereka juga berhasil menyerang Kuwait dan mengepung Baghdad. Pada 1803, mereka juga berhasil menduduki Mekkah dan menguasai Madinah pada musim semi tahun berikutnya.
Jauh hari sebelum pesengkongkolan penggulingan Khalifah dan menghancurkan secara total Khilafah Usmaniyah, Inggris telah berjanji untuk memberikan tampuk kekuasaan Khalifah berikutnya kepada pembesar Mekkah saat itu, Syarif Husain. Seperti yang kita ketahui, Keluarga Saud sangat dekat dan setia kepada Inggris dan Inggris pun mengakui hal ini dengan secara penuh men-support keluarga Saud baik lewat dana, militer dan politik. Sehingga pantas saja, jika Inggris berjanji palsu akan berupaya mendirikan Khilafah Arabiyah buat klan Saud tersebut. Tak hanya itu, bahkan menurut sebuah sumber disebutkan bahwa seluruh budaya Barat telah diadopsi oleh Keluarga Saud ini, seperti mabuk-mabukkan, yang dimotori oleh Lawrence of Arabia. Yang hal ini juga kita tidak dapat menampiknya bahwa sesungguhnya di dalam keluarga Daulah Usmaniyah sendiri hal ini juga bisa saja terjadi.
Sama halnya di dalam tubuh masyarakat Turki, orang-orang Arab juga membentuk beberapa perkumpulan yang menyerukan semangat nasionalisme Arab. Seperti Persaudaraan Arab-Usmaniyah di Astana. Demi semakin mendukung hal yang sama, beberapa kedubes negara Eropa juga mulai mendirikan organisasi dan partai bagi bangsa Arab. Seperti Partai Desentralisasi yang berpusat di Kairo, Komite Reformasi dan Forum Literal di Beirut[25].
Gerakan Turki Muda maupun Al-Ittihad wa At-Taraqi sesungguhnya amat membenci Arab. Terbukti, dengan memisahkan masyarakat Arab dan Turki dari setiap lini, dari mulai wilayah pemerintahan sampai militer. Hembusan nasionalisme yang ditiupkan oleh Ahmad Ridha, pemimpin Al-Ittihad wa At-Taraqi di Paris terbukti berhasil. Hal inilah sebenarnya pemicu pemberontakan bangsa Arab disamping hal lainnya. Melihat usahanya dalam memecah belah Khilafah Usmani hampir berhasil, Inggris pun mulai menyusun rencana penguasaan wilayah-wilayah milik Daulah Usmaniyah dengan metode perundingan-perundingan Internasional. Dengan cara ini Inggris telah berhasil mendiktekan syarat-syaratnya kepada Khalifah Usmaniyah.
Pada tahun 1916, Inggris, Perancis dan Rusia menyepakati perjanjian Sykes-Picot tentang pembagian wilayah Daulah Usmaniyah (termasuk wilayah Palestina yang akan diberikan kepada Zionis Yahudi). Meski Inggris telah berjanji memberikan wilayah Anatolya di Turki dan sekitarnya di sepanjang Laut Tengah kepada Italia pada sebuah pertemuan rahasia di London setahun sebelumnya, namun perjanjian yang paling berharga bagi negara-negara sekutu ini tidak diberitahukan kepada Italia, yang sebenarnya mendapat jatah juga. Dan pada tanggal 27 April 1917, Inggris, Perancis dan Rusia pun menandatangani perjanjian tersebut. Lalu setelah perang, negara-negara sekutu inipun mulai menduduki wilayah-wilayah Ottoman tersebut.
Beberapa bulan kemudian, tepatnya pada tanggal 2 November 1917, Menteri Luar Negeri (Menlu) Inggris yang juga kaki tangan Zionisme Internasional, Lord Arthur Balfour mengirimkan surat kepada Pemimpin Komunitas Yahudi Inggris, Walther (Lord) Rothschild, untuk diteruskan kepada Federasi Zionis yang berisi pemberitahuan tentang persetujuan pemerintah Inggris untuk memberikan wilayah Palestina kepada kaum Yahudi, yang saat itu masih dikuasai oleh Khilafah Turki Usmani. Poin isi surat tersebut adalah:
- Pemerintah Kerajaan Inggris menyetujui prinsip mengenai berdirinya sebuah Negara untuk bangsa Yahudi di Palestina.
- Pemerintah Kerajaan Inggris akan mendukung sepenuhnya dan akan menempuh segala cara dan upaya agar tercapainya tujuan ini, yakni berdirinya sebuah Negara buat bangsa Yahudi di Palestina[26].
Selama perundingan, sambung Zallum, pimpinan delegasi Inggris, Lord Curzon menetapkan empat syarat sebelum memberikan pengakuan atas kemerdekaan Turki. Syarat-syarat tersebut adalah[28]:
- Penghapusan Khilafah secara total
- Pengusiran Khalifah sampai keluar batas-batas negara
- Penyitaan kekayaan Khalifah, dan
- Pernyataan sekulerisasi Negara
Esoknya, rencana Mustafa Kemal itu pun dilaksanakan. Sesuai rencana, Majelis Nasional pun mengundang Mustafa Kemal untuk datang dan menolong pemerintahan yang dilanda krisis. Pada awalnya ia menolak untuk hadir tetapi karena itu adalah rencananya ia pun bersedia hadir dengan syarat agar Majelis Nasional tidak menolak seluruh usulannya. Majelis Nasional pun menyetujuinya. Di dalam parlemen ia mengatakan bahwa pangkal dari krisis itu adalah sistem Kekhilafahan itu sendiri. “Sumber dari krisis ini bukanlah perkara yang sederhana, namun karena kesalahan mendasar dari sistem pemerintahan kita. Majelis Nasional melaksanakan fungsi sebagai lembaga legislatif sekaligus lembaga eksekutif. Setiap anggota Majelis Nasional masih harus ikut campur dalam tiap pengambilan keputusan pemerintahan dan turut mengatur departemen-departemen pemerintahan dan keputusan-keputusan para Menteri. Tuan-tuan! Tidak seorang Menteri pun yang dapat melaksanakan tanggungjawabnya dan menerima kedudukannya dalam kondisi seperti itu. Anda harus menyadari bahwa pemerintahan yang di bangun dengan landasan seperti itu tidak akan dapat berdiri tegak, dan kalaupun tegak, itu suatu pemerintahan yang kacau. Kita harus mengubah keadaan ini. Oleh sebab itu, saya telah memutuskan bahwa Turki harus menjadi sebuah republik dengan seorang Presiden terpilih[29].”
Singkatnya, Khilafah Turki Usmani pun resmi dibubarkan pada tanggal 3 Maret 1924. Dan seperti yang diajukan oleh agen Zionis, Lord Curzon pada Perjanjian Lausanne, seluruh kekayaan Khalifah dikuasai oleh pemerintahan baru, Republik Turki sedangkan Khalifah dan keluarganya diungsikan ke luar negeri. Kemudian sepeninggal Khilafah Turki Usmani keadaan Turki berubah 100 derajat! Mustafa Kemal yang telah bergelar “Attaturk” itu pun menghapus huruf Arab dari setiap kurikulum pendidikan dan menggantinya dengan tulisan Turki dan Latin. Bagi masyarakatnya yang tidak ingin mengikuti hal ini maka hukuman terberat akan menanti mereka. Ia juga melarang poligami dan hijab dan juga mengimpor seluruh budaya Eropa ke dalam negeri Turki. Ia merubah dua Mesjid Agung Aya Sophia dan Al-Fatih sebagai Museum. Mengeluarkan para wanita dari rumah untuk dipekerjakan di instansi-instansi pemerintahan, membangun ladang percontohan ternak yang menghina Islam dengan memelihara babi, memasang patung-patungnya di setiap tempat[30].
Mustafa Kemal Attaturk juga melarang Azan yang menggunakan bahasa Arab, begitupun dengan pembacaan Alquran yang harus dibaca dengan menggunakan bahasa Turki. Jika ia mendengar sebuah Masjid berazan dengan menggunakan bahasa Arab, maka Masjid itu akan segera dihancurkan. Ia juga mengganti penggunaan Kalender Hijriyah dengan Kalender Gregorian Barat. Menghapus dua hari raya umat Islam, yakni Idul Fitri dan Idul Adha, dan lain sebagainya. Ia telah menjadi seorang pemimpin yang diktator dan pembenci agama.
Semangat Mustafa Kemal sejalan dengan organisasinya, Freemasonry, yakni menghancurkan pilar-pilar agama dari tubuh Turki dengan merobohkan sebuah bangunan yang mulai rapuh bernama Kekhalifahan Usmaniyah.
Lantas, bagaimana dengan nafsu Keluarga Saud untuk mendirikan Kekhilafahan sendiri. Nampaknya hal itu akan sia-sia belaka. Sebab Inggris yang direncanakan akan menyerahkan kekuasaan di Jeddah tidak datang memenuhi undangan. Kedok Inggris yang jahat pun akhirnya terbuka. Namun apalah daya, nasi telah menjadi bubur. “Arab pun tidak mempunyai lagi nyali untuk mendirikan Kekhilafahannya sendiri. Kalaupun ada, itupun hanya sebatas surat menyurat antara Syarif Husain dengan Mustafa Kemal Attaturk,” tulis Juru Bicara Hizbut Tahrir Indonesia, Muhammad Ismail Yusanto dalam jurnal organisasinya, Al-Wa’ie edisi Agustus 2007. Keluarga Saud pun akhirnya mendirikan sebuah sistem Monarkhi, Kerajaan yang bukan berasal dari ajaran Rasulullah saw.
Pada 24 Juli 1924, Perjanjian Laussanne ditandatangani dengan kesepakatan perdamaian. Negara-negara memberikan pengakuan atas kemerdekaan Turki dan Inggris pun menarik mundur pasukannya dari Istanbul dan kawasan selat. Ada hal menarik dari kejadian ini yang membuka kedok Inggris sesungguhnya, saat itu salah seorang perwira polisi Inggris menyatakan protes kepada Curzon di parlemen mengenai pengakuan Inggris atas kemerdekaan Turki. Menlu Inggris itu pun menjawab, “persoalan utamanya adalah bahwa Turki telah dihancurkan dan tidak akan pernah bangkit lagi, karena kita telah menghancurkan kekuatan spiritual mereka, yaitu Khilafah dan Islam[31].”
Seperti Revolusi yang sudah-sudah, rencana Konspirasi untuk menghancurkan sebuah Negara yang menghalangi kegiatan mereka tergolong berhasil dengan memanfaatkan putra negara yang ingin dikuasai tersebut. Begitupun dengan Turki, yang dihancurkan oleh penghianatan putranya sendiri bernama Mustafa Kemal Pasha! [NMJ]
[1] Rizki Ridyasmara, Knights Templar Knights of Christ, hal. 37. [2] Herry Nurdi, Lobi Zionis dan Rezim Bush, hal. 45.
[3] Herry Nurdy, Kebangkitan Freemason dan Zionis di Indonesia, hal. 6 dan 9.
[4] Ibid, hal. 39-44.
[5] William Guy Carr, Yahudi Menggenggam Dunia; Pengantar Penterjemah, hal. 30.
[6] Ibid, hal. 30-31.
[7] Rizki Ridyasmara, Knights Templar Knights of Christ, hal. 341.
[8] Majalah Annida, edisi Desember 2008, hal. 46-47.
[9] Rizki Ridyasmara, Knights Templar Knights of Christ, hal. 200-201.
[10] Ibid, hal. 201.
[11] Herry Nurdi, Kebangkitan Freemason dan Zionis di Indonesia, hal. 66.
[12] Harun Yahya, Ancaman Global Freemasonry, edisi Online.
[13] Herry Nurdi, Kebangkitan Freemason dan Zionis di Indonesia, hal. 75.
[14] Harun Yahya, Ancaman Global Freemasonry, edisi Online.
[15] William Guy Carr, Yahudi Menggenggam Dunia, hal. 88.
[16] Ibid, hal. 111-113.
[17] Ibid, hal. 115.
[18] Edisi Koleksi Angkasa, Great Comanders of the Batle Fields, hal. 48.
[19] Herry Nurdi, Jejak Freemason dan Zionis di Indonesia, hal. 66.
[20] Edisi Koleksi Angkasa, Great Comanders of the Batle Fields, hal. 53.
[21] Pembahasan mengenai Revolusi Rusia ini dirangkum dari buku Yahudi Menggenggam Dunia (Pustaka Al-Kautsar, 2004), hal. 151.
[22] Rizki Ridyasmara, Knights Templar Knights of Christ, hal. 237.
[23] Awalnya, dokumen ini berasal dari Majalah Afaq Irak. Dokumen ini dapat dibaca lengkap pada buku Pelita Yang Hilang (edisi Indonesia Al-Manaratul Mafqudah), karya Dr. Abdullah Azzam yang diterbitkan oleh Pustaka Al-Alaq, Solo.
[24] Di dalam Majalah Risalah Mujahidin edisi Januari-Februari 2009 disebutkan bahwa suku ini mempunyai silsilah Keluarga Yahudi. Uraian panjang lebar tentang hal ini berasal dari sebuah buku hasil penelitian Mohammed Sakher yang akhirnya terbunuh berjudul “Ali Saud min Aina wa Ila Aina?”
[25] Abdul Qadim Zallum, Konspirasi Barat Meruntuhkan Khilafah Islamiyah, hal. 21
[26] William G. Carr, Yahudi Menggenggam Dunia, hal. 187
[27] Abdul Qadim Zallum, Konspirasi Barat Meruntuhkan Khilafah Islamiyah, hal. 177
[28] Ibid, hal. 177
[29] Ibid, hal. 181
[30] Dr. Abdullah Azzam, Pelita Yang Hilang, hal. 85
[31] Abdul Qadim Zallum, Konspirasi Barat Meruntuhkan Khilafah Islamiyah, hal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar