Sajak-sajak Rumi Dalam Divan SamshiI Tabris
Abdul Hadi Wm
Bagaimana kau mesti bertobat bagi dosa-dosamu yang banyak kepadanya, o Hatiku? Kekasih setia, kau tidak.
Jiwanya sangat pemurah, kau begitu banyak meminta. Kurnianya begitu berlimpah ke atasmu, namun banyak dosa kaulakukan kepadanya.
Dalam hatimu iri, niat buruk dan fikiran keji bersarang; sedangkan dalam hatinya bersemayam pesona, kasih sayang dan berkah.
Kepada siapakah kasih sayangmu ini dicurahkan? Kepada jiwamu yang pahit
agar berubah menjadi manis. Kepada siapakah seluruh pesonanya
ditunjukkan? Kepada kau agar dapat bersatu dalam persaudaraan para
pecinta.
Kau akan menjadi orang yang gemar menyesali dosa-dosamu; dengan bibirmu,
kauseru nama Tuhan berulang-ulang; pada saat itulah hatimu akan
dianugerahi kesenangan kerana dialah yang memberimu hidup.
Kemudian kau takut disebabkan dosa-dosamu, kaucari jalan keselamatan
dengan penuh penyesalan; pada saat itu mengapa tak kaulihat dia yang
menyelinapkan rasa takut ke dalam hatimu?
Ditutupnya matamu rapat-rapat, di tangannya kau bagaikan batu kerikil; diremasnya kau olehnya lantas dilempar ke udara.
Ditanamnya bibit nafsu memburu emas dan wanita ke dalam sifat-sifatmu; disemainya cahaya Mustafa ke dalam jiwamu.
Yang satu menarikmu untuk mencintai dunia; yang lain berusaha
menjauhkanmu dari dunia; namun di tengah permainan gelombang pasang ini
kapal mesti berlayar terus atau karam.
Berdoalah berulang-ulang, menangislah sejadi-jadi kala malam, sampai
gema dahsyat terdengar dari langit dan merobek pendengaranmu.
"Apabila kau orang yang bergelimang dosa, kumaafkan kau dan kuampuni
dosa-dosamu. Apakah sorga yang kauinginkan? Jika itu inginmu, sekarang
juga akan kuberi, diamlah dan akhiri permohonanmu!"
Syu'aib menjawab, "Ini dan itu tidak kuingin. Yang kuingin ialah menatap
wajah Tuhan saja. Walau tujuh samudra menjelma kobaran api yang
menakutkan, diriku akan kucebur ke dalamnya kalau aku dapat berjumpa
dengan-Nya!
Namun kalau aku tak diperkenankan menatap-Nya, kalau mataku yang
terendam air mata ditutup rapat sehingga terhalang untuk menyaksikan
impian itu, aku lebih baik tinggal dalam api neraka, sorga bukan tempat
tinggalku.
Tanpa pertolongan-Nya sorga adalah neraka bagiku. Aku akan dililit oleh
warna kelam dan bau busuk sang maut; di mana cahaya abadi yang kemilau
itu dapat kujumpai?"
Mereka berkata, "Akhiri ratap tangismu, agar penglihatanmu tak rabun. Matamu akan buta jika menangis berlebihan."
Syu'aib menjawab, "Jika dua mataku buta disebabkan menangis, setiap
bagian dari diriku akan berubah menjadi mata; mengapa aku harus bersedih
disebabkan buta?
Namun apabila dia mesti merampas mataku untuk selamanya, biarlah
penglihatanku buta sama sekali disebabkan tidak pantas menatap Junjungan
Kasih!"
Setiap orang di dunia ini mesti memilih satu saja yang harus dicintai,
baik atau buruk, sesuai takaran sifatnya. Karena itu celakalah apabila
kami membinasakan diri kami untuk tujuan lain yang sia-sia..
Pada suatu hari Syekh Bayazid mengekori seorang musafir. Syekh berkata, "Dagang apakah yang kaupilih, hai penjahat?"
Musafir itu menjawab, "Aku penunggang hemar!" Syekh berseru, "Menjauhlah
kau dariku -- Tuhan, anugerahilah dia karena hemarnya dapat binasa
sewaktu-waktu, sedangkan musafir itu dapat menjadi seorang hamba-Mu yang
setia!"
2
O Pecinta, pecinta! Kau dan aku telah karam dalam gelombang air: siapakah yang dapat berenang?
Walaupun arus dunia akan mengamuk melambungkan airnya dan ombak naik
menjulang bagaikan punggung unta, mengapa burung air mesti ketakutan?
Sepatutnya burung udaralah yang ketakutan.
Wajah kita akan bercahaya, riang dan bahagia, bersatu dalam laut dan
ombak selamanya, kerana laut dan aruslah yang menyebabkan ikan hidup dan
berkembang biak.
Mari kawan, buang tuala itu; Air, biarkan kami tenggelam dalam lautmu!;
Musa bin Imran, mari kemari! Belahlah air laut ini dengan tongkatmu.
Angin ini menghembus nafsu yang berbeza kepada setiap kepala; biarlah
kucurahkan nafsuku kepada dia, si pembawa piala anggur, dan kau curahkan
nafsumu kepada yang lain.
Kemarin Saqi merampas serban pemabuk ini. Kini kami diberi anggu lagi. Dia ingin membuang pakaian kami dan menelanjangi kami.
O Bulan dan Jupiter yang cemburu, mengapa kau malu menampakkan wajah
bagaikan seorang bidadari, tidak maukah kau mengatakan kemana aku akan
dibawa pergi?
Namun kemana pun kau pergi, kau bersamaku jua, kaulah mata dan sinarku;
kalau kau berhasrat, mabukkan aku! Kalau kau mau, karamkan dan hanyutkan
aku ke dalam ketiadaan.
Dunia ini bagaikan Bukit Sinai, dan kami ialah Musa yang mencari
sinar-Nya; kerana setiap petunjuk berasal daripada-Nya, kemuncak bukit
ini pecah berkeping-keping.
Sebahagian menjadi hijau, sebahagian putih, sebahagian menjelma mutiara, sebahagian menjelma manikam dan batu ambar.
Kau yang begitu rinduk pada wajah-Nya, lihat pecahan batu bukit-Nya ini.
O Bukit, angin apa yang bertiup di atasmu? Kami mabuk mendengar
gemanya.
O Penjaga taman! Mengapa kau datang dan ingin memukul kami? Kalau kami
memang mencuri anggurmu, ambilah pundi-pundi kami sebagai gantinya.
3
Kini kusaksikan kekasihku, mutiara segala ciptaan dan kejadian, terbang ke langit, mikraj bagaikan roh Mustafa.
Matahari malu memandang wajahnya, cuaca kebingungan di angkasa bagaikan
hati; cahayanya membuat air dan lumpur lebih berkilauan daripada api.
Aku berkata, "Yang manakah tangga tempatmu naik, tunjukkan! Aku ingin
naik juga!" Dia menjawab, "Tangga naik ke langit tidak lain ialah
kepalamu, titahkan kepalamu bersujud di bawah kakimu!"
Kalau kakimu dijejakkan di atas kepalamu, kakimu akan menunggang
bintang-bintang; kalau kau ingin mengarung angkasa, angkatlah kakimu ke
langit!
Di hadapanmu seratus jalan menuju langit akan terbentang, setiap subuh kau akan terbang ke langit bagaikan untaian doa.
4
Setiap saat ilham diturunkan ke dalam relung hatimu dari langit, "Berapa
lamakah usia hidupmu, yang bagaikan ampas, akan bertahan di bumi?
Naiklah!"
Seberat apa pun beban jiwa seseorang, pada akhirnya akan menjadi ampas. Apabila ampas memenuhi bejana, bersihkan ia secepatnya!
Jangan keruhkan lumpur ini setiap saat, agar airnya jernih. Agar kotorannya dibuang dan dukamu pulih.
Begitulah roh, seperti obor, asapnya lebih tebal dibanding cahayanya.
Apabila gumpalan asap lenyap, cahaya dalam rumah tidak akan dipermainkan
lagi.
Kau bercermin ke dalam air keruh, kerana itu tidak dapat melihat bulan
atau matahari. Apabila langit diliputi kegelapan, matahari dan bulan
tersembunyi.
Angin utara bertiup, udara pun segar. Begitulah angin sepoi di subuh hari bertiup agar udara segar di bumi.
Tiupan angin roh menyegarkan dada yang sesak derita. Nafas ringan dihela dan jiwa lega.
Roh ialah pengembara asing di atas bumi, negeri tak bertempat itulah
yang dirindukan. Sebab apakah nafsu amarah sentiasa gelisah?
Roh suci, berapa lama lagikah kau mau mengembara di atas bumi ini? Kau elang raja, kembalilah kepada siul Baginda.
5
O Pecinta, pecinta! Masa bersatu dan berhadap-hadapan telah tiba. Dari
langit terdengar suara, "Para rupawan yang molek seolah-olah bulan,
selamat datang di sini!"
Orang-orang yang bahagia, kebahagiaan telah datang, jubahnya menyentuh
bumi; kami rebut rantai yang membelenggu kami dan dibuangnya pakaian
kami.
Minuman hangat itu telah dihidangkan; syaitan berduka cita, duduk
bersendirian di pojok; Roh yang rindukan maut, berangkatlah kau! Saqi
kekal, masuklah!
Langit berlapis tujuh mabuk kepayang kepadamu maka ia pun berahi; dalam
tanganmu kami ialah meja tempat membayar; kerana kaulah hidup kami
diliputi kedamaian.
Musafir, bunyikan gentamu setiap saat; pasang pelana kudamu; Angin sepoi, tiuplah roh kami!
O suara buluh perindu, dalam nadamu kukecap manisnya madu; siang malam nadamu memberi kecupan kesetiaan kepadaku.
Nyanyikan lagi dari awal, dendangkan lagu itu sekali lagi; O matahari kemilau, kau semata yang kupuja.
Diam jangan robek cadarnya; diam, tuanglah anggur ke dalam gelas dia
yang sedang diam; jadikan dirimu cadar, jadikan dirimu cadar, biasakan
duduk di sisi kemurahan Tuhan.
6
Sungguh nikmat berkata-kata, menyerahkan kepala, berbincang dengan
bibirnya, apalagi ia membuka pintu dan menyambut, "Tuan budiman,
masuklah!"
Didendangkannya kisah Telaga Khaidir kepada bibirku: Sesuai ukuran badan si pemakai sang penjahit jubah cintanya memotong kain.
Mata air mabuk menatap pandangan matanya yang nanar. Pohon-pohon menari di hadapan angin sepoi subuh.
Burung bulbul berbisik kepada rumpun mawar, "Rahasia apakah yang
kausembunyikan dalam hatimu? Katakanlah, kawan! Tidak ada orang selain
kau dan aku di tempat ini!
Rumpun mawar menjawab, "Jika kau masih dibelenggu hawa nafsumu,
kebahagiaan tidak akan datang. Ringankan jiwamu dari beban nafsu dunia!
Lubang jarum nafsu itu sempit: Kau takkan dapat memasukkan dua benang ke dalamnya bersama-sama.
Lihat, bagaimana matahari bertambah panas, berkat wajahnya wajah bumi berkilauan cahaya.
Pada saat Musa melompat ke dalam semak yang terbakar, semak berkata, "Aku ialah air Telaga Kautsar, lepaskan terompahmu!"
"Jangan takutkan api, aku air dan madu dalam api! Kini sudah saatnya kau
dianugerahi harta karun itu. Tahta ini untukmu, selamat!
Kau mutiara keluhuran, intan hatiku, roh yang bertempat dan tidak. Kau
umur yang tidak pernah berkurang, apakah ada ciptaan lain sebagus kau?"
Di tangan pecinta setiap tangan berubah menjadi neraca salah dan benar.
Berkat kau dunia yang diliputi pengkhianatan menjadi mata air kesetian
dan pengabdian.
Tatkala kau datang, kulihat piala raja ada di tanganmu. Kau undang aku untuk memeriahkan pestamu seraya berkata, "Sila!"
Bagaimana hatiku tidak akan bergembira apabila tangan kekasih
meremas-remas tanganku dengan gemasnya? Bagaimana hati bijih-bijih besi
apabila mendengar ucapan selamat datang daripada batu filosuf?
Kini ia muncul, tangannya memegang tombak bagaikan orang Baduwi. Aku
berkata, "Apakah yang harus kulakukan untukmu? Jawabnya, "Perlihatkan
dirimu!"
Hatiku terperanjat dan berkata, " Apakah aku yang harus tampil lebih
dahulu?" Pikiran berkata, "Atau aku yang mesti menunjukkan diri?"
Katanya, "Kalian berdua, pikiran dan hati bersama-sama, jangan
berpisah!"
Jika hidangan rohani sudah turun dari langit, tangan dan mulut mesti dibersihkan, jangan lagi ada bau bekas makanan.
Lihat, ujarku, tanganku sudah bersih. Kalau kau memang pemurah dan
penyayang, angkatlah gelas anggurmu dan beri pula aku piala: mari kita
berpesta sehingga subuh!
Sesudah itu akan kututup kedua bibirku, agar lampu siang dan malam dan
nyala api lidahku serta merta sanggup menceritakan kembali seluruh kisah
itu.
7
Raja datang, raja datang! Potong jari-jarimu, muliakan si tampan dari Kana'an.
Kerana jiwa segala jiwa sudah datang, masih perlukan membicarakan jiwa:
tidakkah berkat kehadiran jiwa segala jiwa ini jiwa kita terpelihara
untuk dijadikan qurban?
Pada mulanya aku ini gunung, kemudian menjelma jerami makanan kuda sang raja.
Orang Tajik atau Turki, hamba ini hampir dengannya seperti roh dengan badan: sayang, badan tidak mengenal roh.
Lihat, kawan-kawan mulai berkumpul, alangkah riang mereka: saat
meringankan beban fikiran tiba; Raja Sulaiman melangkah ke arah
singgasananya, sambil menghalau syaitan.
Mengapa kau diam? Angkatlah kakimu cepat-cepat! Mengapa kau bimbang dan
lesu? Kalau kau tak tahu jalan menuju istana Raja, bertanyalah kepada
Hudhud.
Ucapkanlah doa-doamu di sana, katakan niat dan hasratmu yang tersembunyi; Raja Sulaiman mengerti bahasa para burung.
Percakapan, o Pengabdi, hanya tiupan angin yang membingungkan hati.
Namun ia menitahkan, "Hai orang yang bercerai berai, berhimpunlah!"
8
Apakah pernah kau jumpai pecinta mabuk cinta seperti ini? Apakah pernah kau temui ikan yang sangat berahi kepada lautan ini?
Apakah pernah kau melihat wayang yang melarikan diri dari pengukirnya?
Apakah pernah kau mendapatkan Wamiq bertobat kepada kepada Azra?
Pada waktu berpisah, pecinta bagaikan nama tanpa erti; tetapi satu nama seperti Kekasih tak memerlukan nama.
Kau laut, aku ikannya -- peganglah aku sesuka hatimu; berilah aku
tujuan, perlihatkan kemuliaan seorang raja. Tanpa kau aku
terlunta-lunta.
Raja yang megah, kurang apakah petunjuk jalan ini? Kalau kau tiada, api menjulang.
Apabila api memandangmu, tentu ia akan pergi; kerana itu siapa pun yang
dapat memetik mawar daripada unggunan api, api akan mengurniakan mawar
yang lebih indah.
Tanpa kau dunia ini membuatku sengsara, mungkin binasa; aku memohon
kepadamu demi hidupku, tanpa kau hidup ialah lingkaran aniaya dan derita
bagiku.
Bayanganmu seolah sosok seorang sultan yang sedang bertamasya di dalam
hatiku, malahan bagaikan Raja Sulaiman pada waktu berkunjung ke masjid
al-Aqsa di Yerusalem.
Beribu-ribu lentera dinyalakan, tabir semua masjid disingkapnya; sekeliling Syurga dijaga malaikat Ridwan dan bidadari-bidadari.
Segala puji kepada Tuhan! Di Syurga beribu-ribu bulan bersinar terang.
Rumah suci ini pun didiami malaikat dan bidadari-bidadari, namun mereka
terlindung daripada penglihatan si buta.
Burung molek dan bahagia itulah yang bertempat dalam Cinta! Siapakah yang dapat mencapai kemuncak Bukit Qaf selain `Anqa?
Molek si `Anqa mulia, Maharaja Syamsi Tabriz! Dialah Matahari yang tidak
berasal daripada Barat atau pun Timur, tidak dari mana pun.
9
Esok alangkah bahagianya apabila tangannya membelai tanganku dengan
penuh kasih sayang dan memperlihatkan wajahnya di jendela bagaikan bulan
purnama.
Apabila mawar hatiku datang menghalau beban yang membelenggu tangan dan
kakiku, kerana tangan dan kakiku ini masih terikat tangan dunia.
Lalu akan kubisikkan, "Demi kau, aku berjanji, o Nyawa rohku, apakah ada
sahabat lain di dunia ini yang dapat menerbitkan keriangan hati selain
kau, sebab anggut pun tidak sanggup membuatku mabuk!"
Apabila dia membelalakkan mata, menjawab sambil marah, "Pergilah kau!
Apa yang kau kehendaki dariku? Aku kuatir kesedihanmu membuatku murung!"
Maka akan kuserahkan sebilah pedang dan kain kafan kepadanya, biar
leherku dipenggal sebagai ternak qurban, sambil berkata, "Aku telah
menyusahkan kau, baik, sembuhkan kini kepalamu yang pening!"
"Aku tak mau hidup tanpa kau, demi Tuhan yang mencabut nyawa insan, aku lebih baik mati daripada terlunta-lunta di bumi;
Aku tak percaya kau akan meninggalkan abdimu ini; kuceritakan
berulang-ulang, tetapi setiap kali musuh-musuhku menyebarkan berita
bohong semata.
Kaulah hatiku, tanpa hati aku takkan mengerti bagaimana mesti hidup: kaulah hatiu, tanpa kau aku akan buta.
O Musafir, tariklah suaramu yang nyaring, gesek biola dan tabuhlah rebana kalau kau tak punya buluh perindu.
10
Bawalah anggur yang banyak kemari: peras dan gilinglah dalam roda cakrawala yang berputar cepat ini.
Walau si piala gaib itu telah kenyang namun ia masih mengintai, tidak dapat menahan rasa kepayang dan kebiasaan jeleknya.
Cinta, kau sentiasa riang, manis dan lembut, lepaskan cadar yang menutup wajahmu.
Pujaanku, si wajah anggun, tuangkan anggur dari botol ke cawan itu agar tawa yang riuh pecah berderai.
Apabila kau tidak menginginkan kelopak mawar itu menguncup dan layu, mengapa kau membuka kedai minyak wangi?
Kami telah disesatkan oleh penglihatan mata ini dan membiarkan sungai mengalir deras sehingga arusnya menghanyutkan kami.
O roh, ke bumi luas kerontang ini kami dijatuhkan, bagaikan bebijian
jagung dan sepanjang hari berdoa agar hujan diturunkan secepatnya.
Utusan baru berdatangan dari tiap-tiap penjuru, "Hujan tidak akan turun,
pergilah kau!" Katakan dengan lantang, "Namun Tuhan melindungi kami!"
kepada gagak pembawa warta kematian itu.
O penyebar kekacauan bagi jiwa, pencuri ulung dari Goa yang laknat,
kaulah yang telah merampas biola Abu Bakar si penggesek biola yang
piawai..
Kini kau hendak membuat hatiku mabuk sehingga aku berahi dan mabuk kepayang,
Kaulah sumber hayatku, jadilah engkau alamat baik bagaikan hari kiamat,
kerana susu unta yang berkudis sekali pun ialah sumber kehidupan bagi
orang Baduwi.
Alangkah tak tepermanai keindahan dan kemuliaanmu; Diamlah! Jangan
berbisik, jangan bangunkan aku apabila kantuk sedang menceburkan diriku
ke dalam lautan tidur yang sekejap.
Sumber: Abdul Hadi Wm